Assalamu'alaikum

Labels

Kamis, 29 November 2012

“Jihad Tanpa ke Gaza”*

Oleh: Nilna el-Manuun
            Masih ramai rasanya dalam ingatan kita, beberapa ribuan seruan dan ajakan bahkan kecaman dari beberapa Negara dikerahkan untuk menghapuskan kekerasan, kekejaman serta kebiadaban yang terjadi di Negara tetangga kita. Gaza ku sayang Gaza ku malang.

            Melirik segala macam derita yang dirasakan oleh para muslim penduduk Gaza saat ini memang amat menyedihkan, seolah Israel mengajak umat Islam berperang di jaman nuklir saat ini, tak mampu rasanya menahan air mata dan juga kepedihan mereka yang tersakiti, tak bisa rasanya semua yang kita lihat di Facebook, Twitter, Tv dan bahkan Koran mesirpun tak mau ketinggalan menyajikan info terhangat dunia saat ini, dan begitupula deretan kabar di situs-situs internet yang menyuguhkan foto-foto kepedihan mereka yang berada di Gaza, semoga Allah yang mahakuat menjaga Gaza seta melindunginya dari kekejaman musuh.

            Bagi kita yang berseragam mahasiswa/ mahasiswi islam yang berseragamkan logo al-Azhar dipundak kita, akankah kita diam saja?, bohong rasanya kalau jiwa para masisir tidak terpanggil, mustahil rasanya jika tidak ada keinginan untuk membela islam yang tengah diporak-porandakan oleh lawan, tak “gentle” rasanya sebagai seorang mahasiswa islam sebuah universitas tertua di dunia hanya tinggal diam dan asyik mengurusi BB yang full dengan “ping” dari sana sini, atau banyaknya pemberitahuan dari situs ini dan itu.

Selasa, 27 November 2012

Gaza, Wilayah Semata Wayang Palestina



Beberapa pekan yang lalu Israel kembali membuat ulah dengan meluncurkan roketnya ke Gaza. Pemandangan yang sudah tidak aneh lagi di khalayak dunia. Merasa sebagai negara penguasa, mereka seakan bisa berbuat semau guwe. Tak peduli apa kata dunia, mereka pun dengan seanaknya menyerang Palestina, menggali masjid Al Aqsha dan membantai bangsa ini.

Sebelum membahas lebih dalam topik yang sempat menjadi hot news seluruh media dunia beberapa pekan lalu ada baiknya kami ulas sedikit alasan dan renungan mengapa kita harus chare dengan Gaza secara khusus dan Palestina pada umumnya. Mungkin sebagian kita masih bingung atau mempertanyakan urgensi solidaritas kita terhadap Palestina.

Saat seluruh dunia memperhatikan dan simpati dengan nasib saudara-saudara kita di sebrang sana namun segelintir orang malah berceloteh; “ngapain sih kita harus ngurusin Palestina jauh-jauh toh negara kita aja masih punya masalah yang seabrek”.

Sabtu, 11 Agustus 2012

Romadhon Yang Berbeda


Tak terasa tahun ini adalah Romadhon keempatku di Negeri Firaun. Tak terasa pula kontrakku di bumi rantau akan berkahir. Tak tahu, masih adakah kesempatan tuk kembali meneguk air ilmu di samudra Al-Azhar. Barangkali inilah skuel singkat dari perjalanan sang “Petualang” di Bumi Kinanah. Kalau dibanding bang Thoyib memang aku lebih “tangguh” dengan terpaut satu tahun diatasnya, namun ku kira itu bukan standar kesaktian seseorang karena barometernya bukanlah kuantitas kawan namun lebih terletak pada kualitas.

Pemadangan masjid Amr bin Ash belum terlalu ramai namun jama’ah mulai memadati lapak-lapak yang telah disediakan panitia i’tikaf. Masjid tertua di Afrika ini menjadi awal persinggahan “semediku” di bumi Azhar. Setelah melewati belasan hari puasa di dalam dauroh al-Quran akhirnya aku bisa bebas dan meluapkan ekspresiku di masjid ini. Walau bagaimana pun kenangan di dauroh sendiri tak kan pernah terlupa. Berjalan kaki sepanjang 3 kilometer usai sahur dengan target sholat subuh di Sayida Aisyah. Berjuang melawan panasnya otak dan suhu yang bertermo 40 celcius serta tantangan-tangtangan dahsyat lainnya yang harus ku lewati.  

Selasa, 07 Agustus 2012

Fenomena Hadis Bermasalah di Bulan Berkah

Bulan Romadhon kembali menyapa kita. Para umat Islam kian berlomba-lomba meraih berkah dan pahala. Mulai dari pejabat, orang awam, selebritis dan artis begitu juga dengan para da’i dan ustadz dan ustadzah. Seakan semua tak mau kalah untuk bersaing memeriahkan dan menyambut bulan “primadona”.

Bulan ini adalah bulan transit tuk mengisi “bahan bakar” iman dan takwa yang mulai lemah dan menurun setelah menempuh perjalanan sebelas bulan lamanya. Tak ayal, disini lah tugas dan peran para da’i dan ustadz terbuka.  Tak jarang bulan ini juga mejadi lapak dan objek besar-besaran bagi para penyebar ilmu ilahi ini.

Walau kita perlu berbangga dengan apresiasi besar umat Islam –termasuk para dai- dalam menyambut bulan ini namun masih ada hal yang disayangkan terjadi didalamnya. Selain menjadi ladang ibadah ternyata bulan ini juga masih menjadi ladang subur tuk menyebarkan hadis-hadis bermasalah. Sesuatu yang tak seharusnya terjadi sebenarnya.

Disadari atau tidak bulan ini sudah masih menjadi sarang tersebarnya hadis-hadis bermasalah. Dengan dalih fadhoil ‘amal sebagian oknum melegitimasi usaha mereka dalam menyebarkan hadis bermasalah. Padahal ada batas-batas tertentu dalam penggunaan hadis termasuk dalam masalah targhib dan fadhoil a’mal.

Jumat, 03 Agustus 2012

Kado Tuk Buah Hati di Bulan Suci


Suatu ketika Rosul pernah membawa cucunya berjama’ah di masjid bahkan beliau pun tak segan tuk menggendong mereka ketika sholat. Di kesempatan lain beliau juga membangunkan keluarganya untuk mendirikan sholat malam di akhir bulan Romadhon. Dari sini kita dapat belajar dari kehidupan manusia terbaik bagaimana beliau melibatkan dan mulai mendidik anak dan keluarganya dalam ibadah. Kadang tak jarang pendidikan ini sudah dimulai sejak sang anak masih berusia dini. Hal ini dapat dimaklumi kiranya, karena keberhasilan kita dalam mendidik anak pada masa awal akan sangat mentukan keberhasilan mereka pada masa-masa selanjutnya. Bukankankah pepatah mengatakan mendidik anak pada masa dini bagai mengukir di atas batu namun mendidik anak di usia senja bagai mengukir di atas air.

Waktu tak terasa terus bergulir hingga membawa kita pada bulan penuh berkah. Bulan yang dinanti-nantikan seluruh muslim di seluruh dunia. Sebuah momen untuk pembekalan dan reparasi diri. Membekali diri dengan sebaik-baik bekal, iman dan takwa. Bukankah sebaik-baik bekal adalah takwa dan itu sejajar dengan tujuan kita digembleng  dan berpuasa di bulan ini, untuk menjadi orang-orang yang bertakwa (la’llakum tattaqun).

Senin, 16 Juli 2012

Syeikh ‘Abd al-Fattah Abu Ghuddah. Cendekiawan Muslim, Murobbi dan Politikus


Nama lengkap beliau ialah Syeikh Abu Zahid ‘Abd al-Fattah ibn Muhammad ibn Bashir ibn Hasan Abu Ghuddah al-Halabi al-Hanafi. Jalur keturunan beliau ini bersambung sampai seorang sahabat besar Nabi s.a.w. yang masyhur, Sayidina Khalid ibn al-Walid r.a. Adapun Abu Ghuddah adalah nama keluarga yang baru, yaitu cabang lain dari nisbah lain keluarganya yang memegang nama-nama seperti Sabbagh dan Maksoud.

Syeikh ‘Abd al-Fattah dilahirkan di kampung al-Jubaylah, Halab yang terletak di utara Syria pada 17 Rajab 1336H atau 9 Mei 1917M. Beliau merupakan anak keempat dari lima orang kakak beradik. Bapak mereka, Muhammad Abu Ghuddah, merupakan seorang tukang tenun, suatu pekerjaan yang diwarisi dari kakeknya, Bashir Abu Ghuddah. Ibunya bernama Fatimah Muzkatli. Pada masa remaja, Syeikh ‘Abd al-Fattah banyak membantu bapak dan kakeknya menjalankan perniagaan tenunan mereka.

Kelahiran, Keluarga dan Pendidikan Awal
Syeikh ‘Abd al-Fattah mengenyam pendidikan awalnya di Halab. Melihat tanda-tanda kecerdikan dan perhatiannya terhadap pelajaran, kakek beliau akhirnya  memasukkannya ke Madrasah al-‘Arabiyyah al-Islamiyyah al-Khassah di Halab ketika usianya mendekati delapan tahun. Di sekolah tersebut ia belajar selama empat tahun lamanya (1925-1929).

Minggu, 15 Juli 2012

Wanita “Jalanan”

“Mungkin dia diringkus kawanan polisi karena masih berada di luar rumah pada waktu terlarang (hadut at-tajawul). Atau tertembak mati bersama para demonstran lainnya, atau mungkin tertindih –tindih saat unjuk rasa menuntut turunnya Presiden dictator Mesir.” Seperti inilah kiranya ku menerka keberadaan wanita yang selalu ku nanti tiap harinya.

Lebih dari tiga bulan setelah demonstrasi besar-besaran penurunan rezim diktator Mesir -Husni Mubarok- ku tak menemukan wanita itu. Rindu rasanya ku melihat senyum manisnya. Senyum yang dapat memberi semangat dan kesejukan dalam diriku. Tak heran kawan, senyum yang berasal dari hati pasti akan merasuk pada hati pula, bukankah begitu!

Sabtu, 07 Juli 2012

Menyikapi Kesalahan


Berbuat kesalahan bukanlah suatu akhir perjalanan hidup kita walau kesalahan itu amatlah besar. Dalam menghadapi kesalahan tak sedikit yang putus asa, depresi bahkan berani tuk mengakhiri hidupnya. Dari sini para pakar psikologi, filsafat dan sosial mencari solusi untuk memecahkannya. Namun usaha mereka tebilang nihil bahkan keadaan pun seolah semakin memprihatinkan. Maka sudah saatnya kita selaku muslim untuk kembali pada metode yang telah dicontohkan oleh panutan dan idola kita (Nabi Muhammad SAW) dalam menyikapi kesalahan.

Rosulullah selalu menghadapi kesalahan dengan jiwa yang teduh dan tenang, tak jarang ia pun menyambutnya dengan senyum. Hal ini tak terlepas dari dua hal. Pertama, karena kasih saying (rahmah) yang sudah merasuk pada jiwanya yang suci. “Tidaklah kami utus engkau selain sebagai rahmat bagi seluruh alam”. Ia selalu memandang orang yang salah sebagai manusia biasa dengan kemungkinan ia sedang berada dalam keadaan terpuruk dan jatuh hingga membutuhkan orang yang menegakkan dan menopangnya bukan orang yang mencela atau menghardiknya. Kedua, karena ia menganggap bahwa kesalahan merupakan hal yang sangat manusiawi, dan it bisa terjadi pada setiap orang, siapapun dia. 

Selasa, 17 April 2012

Syammu Nasim


Oleh: Falah Abu Ghuddah*
“Syammu nasim haram, bid’ah, dholal (sesat)”.
Begitulah kira-kira ungkapan di salah satu website yang membahas tentang perayaan hari raya ini (syammu nasim). Suatu pernyataan yang memang terlihat keras dan kaku. Namun ia tidak mewakili pendapat seluruh ulama dalam perayaan hari besar ini, mungkin hanya pendapat sebagian kecil saja.
Awalnya aku heran, mengapa kuliah hari ini dan esok diliburkan. Padahal detik-detik menjelang ujian semakin mendekat. Bukankah sebaiknya pihak universitas mempercepat masa kuliah dan menyelesaikan materi yang ada. Usut demi usut, ternyata hari ini adalah hari libur nasional. Karena masyarakat setempat memeriahkan syammu nasim. Maka saya berusaha mengumpulkan beberapa data baik dari teman-teman Mesir dan beberapa sumber lainnya.

Minggu, 08 April 2012

Metode Al-Quran Dalam Melindungi Harga Diri




Para ulama berpendapat bahwa tujuan syariat Islam yang pokok (maqhosid as-syari’ah) terkumpul dalam bebepara poin diantaranya menjaga agama, menjaga keturunan, menjaga darah, menjaga harta, menjaga harga diri dan lain-lain. Bila kita perhatikan dari beberapa tujuan syariat di atas maka kita temukan bahwa salah satu tujuan syariat adalah menjaga harga diri. Bisa dibilang tujuan ini termasuk hal yang sangat diperhatikan dibanding beberapa poin lainnya. Buktinya mereka lebih banyak menjaga dan memperhatikannya dibanding dengan harta dan perhiasanhal ini wajar kiranya karena bila mereka kehilangan harta maka mereka dapat mencari dan mendapatkannya kembali, berbeda dengan harga diri, apabila ia sudah hilang dari manusia maka mereka akan sulit menemukannya kembali dan ia juga lebih berarti bagi mereka dibanding dengan tumpukan emas atau bongkahan harta.

Sabtu, 03 Maret 2012

Membuka Tabir Lebaran Pekanan


Oleh: Falah Abu Ghuddah*

*نقد متن الحديث


لقد فضل الله هذه الأمة بعلوم لا توجد في غيرها من الأمم وهي علوم الحديث الشريف. والحديث كمصدر التشريع الأساسي بعد القرآن يكون مجال البحث الرئيسي لدى المسلمين وغيرهم. لكن للأسف الشديد فقد اجترأ أعداء الإسلام في تشكيك هذا العلم الشريف بل طعنوه وبذلوا في تخريبه. وأحد الادعاءات الكاذبة والافتراءات الباطلة إنهم قالوا إن العلماء توسعوا في نقد سند الحديث أكثر من توسعهم في نقد المتن بل اكتفوا بنقد السند دون الخوض في نقد متنه مع أننا نعلم أن الحديث مكوّن من الجانبين الرئييسين وهما السند والمتن.

Kamis, 05 Januari 2012

Menguji Keabsahan Nabi?*


Beberapa tahun belakangan ini banyak isu hangat seputar nabi palsu. Bak ajang mencari sensasi dan popularitas, mengaku nabi kian banyak ditemukan masyarakat Indonesia. Lucunya para nabi palsu tersebut dapat mengajak dan memincut sebagian umat Islam. Bahkan bukan dalam bilangan puluhan saja yang menjadi korban, beberapa dari mereka berhasil meraup pengikut diatas angka ratusan bahkan ribuan. Lalu bagaimana kita menyikapi kondisi nyata di masyarakat ini? Cukupkah kita menunggu korban-korban dan munculnya para “nabi artis” selanjutya. Akankah kita berdiam diri dengan menunggu mukjizat yang konon merupakan bukti ”sakti” seorang menjadi nabi. Mudah-mudahan sedikit tulisan ini dapat memberi pencerahan kepada kita bagaimana cara menguji keabsahan seorang nabi. Selamat menikmati…
Sebagian orang menyangka bahwa bukti kenabian hanya dengan adanya mukjizat padahal ada beberapa cara lain untuk menetapkannya. Kita dapat dapat menangkis tuduhan salah ini dengan mengatakan bahwa mukjizat memang berbeda dengan cara-cara lain (dalam menetapkan kebenaran kenabian seseorang) karena ia merupakan cara yang berlaku secara umum untuk menetapkan kebenaran seluruh para nabi dan dapat dibuktikan pada semua orang, adapun cara-cara lain (dalam menetapkan kebenaran kenabian seseorang) mungkin hanya dapat menjadi bukti kenabian pada sebagian orang namun tidak pada yang lainnya.

Most View Product

Saksi Bisu

Saksi Bisu