Assalamu'alaikum

Labels

Rabu, 08 Desember 2010

Tua-tua “keladi”



Sejenak ku lihat papan pengumuman yang berdiri tegak disamping pintu masuk Fakultas, terlihat kertas undangan beserta daftar nama Mahasiswa terbaik tahun ini. Rupanya ada gebarakan baru dari Dekan kami kali ini, Takrimul Mutafawwiqin (Penghargaan untuk Mahasiswa berprestasi). Acaranya bertempat di aula Prof. DR Abdul Halim Mahmud.

Aku mulai bergegas memasuki Mudarraj (ruang kelas yang bertingkat dan tersusun dari beberapa kursi panjang). Ku kira hari ini akulah Mahasiswa terajin masuk kelas, ternyata sudah ada seorang pria dengan rambut yang penuh uban sedang duduk khusyu’ menikmati diktat kuliah (Muqarrar). Walau tidak mendapat prestasi yang gemilang tapi ia cukup membanggakannya. Pasalnya, ia selalu berprinsip bahwa kesuksesan hidup tidak terletak pada nilai akhir tapi bagaimana seseorang melalui proses kesuksesan itu.

Usai Shalat Dzuhur ku menuju aula Prof. DR Abdul Halim Mahmud. Terlihat beberapa Mahasiswa berkumpul di Aula Fakultas Ushuludin ini. Beberapa wajah ceriapun terpancar. Tak sengaja ku menoleh ke kiri, wajahnya tak asing, dia adalah teman satu kelasku dari Afrika Selatan. Ternyata dia termasuk Mahasiswa Berprestasi tertinggi tahun ini.

Tersimpan rasa takjub padanya. Walau dengan status tak single dengan enam anak ia tetap bisa menorehkan prestasi di Universirtas tertua di dunia ini. Usianya juga bisa terbilang tidak muda lagi, sudah berkepala empat rupanya. Keadaan ekonomi, tanggung jawab sebagai kepala keluarga, serta usia diatas empat puluh tetap membawanya menjadi salah satu Mahasiswa terbaik tahun ini.

Tak jauh disampingnya, ku lihat wajah nan sedang tersenyum ria. Dua orang berkulit putih langsat sedang bercengkrama dengan bahasa Inggris. Keduanya berasal dari Amerika dan Scotlandia. Mereka juga berhak mendapatkan gelar sebagai salah satu Mahasiswa berprestasi tahun ini. Status sebagai Mahasiswa Asing dari Negara yang berpenduduk Muslim minoritas ditambah lagi status mereka yang telah berkeluarga tak menjadi alasan mereka untuk meraih prestasi dan patah arang.


Usai kuliah di Al Azhar ku langsung bergegas menuju kampus keduaku, Akademik Asyirah Muhammadiyah. Disana ku temui pemandangan yang sedikit berbeda, karena sebagian besar teman satu kelasku berusia lebih tua dariku bahkan bisa dibilang akulah Mahasiswa termuda disana. Beberapa diantara mereka sudah lanjut usia bahkan ada yang sudah berusia di atas tujuh puluh tahunan. Kesibukan merekapun beragam, mulai dari Pegawai Negri, Guru, Dokter, Notaris dan lain-lain. Jenjang pendidikan merekapun berbeda, mulai dari strata satu hingga yang sudah menyelesaikan Doctoral. Sempat ku tanya alasan mereka kuliah disana, mereka hanya jawab ringan, ingin terus belajar dan menikmati ilmu agama.

Bila diperhatikan perjalanan study mereka disana tidaklah mudah, dengan materi yang tak sedikit (18 pelajaran) ditambah dengan beban hafalan seperempat Al Quran, belum lagi hampir semua pelajaran membutuhkan hafalan. Usia mereka memang bukan usia produktif tapi semangat merekalah yang perlu kita tiru. Wallahu wa RasuluHu ‘alam.

Lembah Juang Cairo, Sore nan dingin 08 Desember 2010.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Most View Product

Saksi Bisu

Saksi Bisu