Assalamu'alaikum

Labels

Kamis, 04 November 2010

Kalau Dinding bisa Ngomong


"Bete banget sih hari ini!" gerutuku dalam hati.

Pernah ngerasain hari-hari ngebetein ga dalam hidup. Semua terasa sumpek, suntuk dan sensi terus (Lengkap deh S3nya, hehehe). Pagi ini seharusnya menjadi hari awal kuliah pada tahun ajaran baru kali ini. Tatkala seluruh Mahasiswa bergegas menuju ke Kampus dengan semangat dan tekad yang baru, aku malah terpuruk dalam kemalasan dan kebetean. "Tanda-tanda perpanjang jatah libur nih"gumamku sejenak.

"Kring…kring…kring" bunyi hape berdering.
"Alo, Min dah? " tanyaku membuka.
"Ana Abduh, zamilak fil Gami'ah, mutafakkir wala la ah!".
" Aiwa, izzayyak ya Abdu?"
"Alhamdulillah tamam, inta ha tihdhar wala la nahar dah? Ana mustaninak fil Gami'ah"
" InsayaAllah, ha aruh dil wa'ti ".



Nama aslinya Abdullah, menurut kebiasaan orang Mesir, setiap nama yang dimulai dengan Abdu selalu dipanggil Abduh Sepeti Abdullah, Abdurahman, Abdulkarim dan lain-lain. Abduh selalu mengajak saya ngampus pada awal-awal kuliah. Ia Blasteran Indo, Ayahnya Mesir sedangkan Ibunya asli orang Betawi. Sejak lahir hingga besar ia tak pernah menginjak Tanah Air Indonesia. Tak heran ia sangat ramah pada Mahasiswa Indonesia di Mesir (baca: Masisir) khususnya pelajar Betawi. Mungkin karena darah darah ibunya masih mengalir dalam dirinya.

Setelah kuliah Abduh mengajakku mampir ke Flatnya. Ia tinggal tepat di belakang Kampus. Ia terpaksa mengontrak karena keluarganya tinggal di Aswan (Daerah di selatan Mesir dan berbatasan dengan Sudan). Sebelum sampai ia membeli dua bungkus Shipsi dan satu liter Pepsi serta jatah makan siang untuk lima orang temannya di Flat. Mereka memang tinggal berenam disana. Semuanya orang Indonesia.

Rupanya Flat sedang kosong. Hanya ada Wawan yang sedang istirahat. Ku lihat dipintu kamarnya sebuah kertas lusuh bertulis "Jadikan perjuanganmu hari ini seperti hari terakhirmu di Negri Kinanah ini!". Sebuah nasehat pembakar semangat untuk para pejuang di Ardul Anbiya ini.

Abduh menaruh pepsi di kulkas agar terasa lebih segar ketika kita minum nanti. Pandanganku tertuju pada sebuah kertas di depannya. Perlahan ku baca kata-kata berwarna biru itu, "Ga mudah tuk sampai Mesir, butuh banyak PENGORBANAN. Ayo berjuang, semua menunggu". Kalimat ini bak pecut dalam perjuanganku, membuat malas dalam diri ini lari tunggang langgang. Sungguh flat yang diisi orang-orang bersemangat.

Teringat sejenak kesibukan teman-teman satu flatku. Fernando (temanku dari Flores) sedang asyik bercahting ria dengan laptop barunya sambil menyetel lagu Mesir yang dinyayikan para penyanyi Favorit mereka, Nancy Agram, Amr Dayyab, dan Sherin Ahmad. Disampingnya terdapat Ical (nama aslinya Haikal) yang sedang tidur dengan lelapnya sehabis begadang semalaman menonton Bola. Di pojok Si Herman sedang asyik bermain Poker dengan beberapa teman sedaerahnya dari Maluku. Pesan singkat di depan kulkas itu mengingatkanku bagaimana susahnya perjuangan menuju Kota Seribu Menara ini. Belum lagi, berapa banyak pengorbanan yang harus ku pertaruhkan demi meraih maksud mulia ini. Alangkah sayangnya kalau hanya dihabiskan dengan hal-hal yang kurang manfaat.

Tiba-tiba Abduh mengajakku ke kamarnya. Flat dan kamar mereka sangat bersih dan nyaman. Berbeda dengan kamarku yang berantakan dan penuh puntung rokok. Kamipun mulai bercanda dan melepas rindu sesudah empat bulan tak bertemu karena libur musim panas. Sambil bersandar obrolanpun semakin seru, apalagi ditemani Shipsi. Tak sengaja mataku menatap ke pinggir lemari baju. Kembali ku temukan tulisan unik, " Ingat tujuanmu ke Mesir! Jangan sia-siakan kesempatan. Banyak yang titip asa lho. Ga semua orang bisa ke sini. Jangan kecewakan orang-orang yang telah berkorban untukmu." Kalimat yang hanya tertulis diatas kertas bekas ini ternyata mengingatkan tujuan awalku. Betapa dosanya diri ini karena telah lalai dan lupa akan tujuan pokokku di Bumi Kinanah ini.

Pikiranku kembali terbang ke Flatku. Terbayang bagaimana aku pernah lalai bersama Si Bonek (temanku dari Surabaya) ketika menghabiskan waktu hanya untuk menonton film serial Mandarin. Sebuah film yang bercerita tentang sejarah Zang Whu Jhi dengan berbagai Perguruan Bela Diri di Negri Cina. Ditambah lagi virus PS (Play Station) sedang merabak di sekitar Flatku karena seorang teman membeli komputer baru. Tak bisa dielakkan lagi, turnamen PSpun terus bergulir. Mengingat ini semua ku hanya dapat mengelus dada, sudah berapa banyak waktuku terbuang sia-sia. Padahal kalau dipikir sekarang aku sedang dalam posisi terbaik, usia emas, kesempatan emas, tempat emas, dan status emas (hehehe). Apalagi yang harus dipusingkan selain tugas tuk terus berpacu dan belajar.

Tak terasa, Flat kini mulai ramai. Ternyata para penghuninya telah berkumpul semua. Makan sore adalah motif utama mereka. Akhirnya kami menuju Shalah untuk menikmati Kusyari . Indahnya kebersamaan. Walau berasal dari daerah dan latar belakang yang berbeda tetapi mereka terlihat rukun. Posisiku tepat mengarah pintu masuk. Lagi-lagi ku temukan coretan hitam dibalik pintu,"Satu langkah menuju perubahan". Tak tahu apa maksud tulisan itu sebenarnya. Ku hanya menangkap dua point. Pertama, perubahan besar tak akan terwujud tanpa adanya semangat dan hentakan pertama. Oleh karenanya, langkah pertama sangatlah menentukan. Kedua, Flat hanya sebagai fasilitas. Faktor sukses sebenarnya terdapat pada diri kita. Seandainya flat bukanlah tempat yang kondusif untuk belajar maka keluarlah dan nikmatilah luasnya bumi Cairo ini. Apalagi kita tahu bahwa Mesir mempunyai para Ulama yang sangat kompeten, yang ilmunya mungkin tak dapat kita serap kalau hanya mendekam di kamar.

Sambil terus menikmati Kusyari ku terus berfikir. Cairo memang sangat menuntut kedewasaan kita. Kalau bukan kita yang merubah diri ini lalu siapa lagi. Suatu saat, mugkin kita sering merasa malas, bete dan Bad Mood, barangkali dinding-dinding itu dapat menjadi solusi tuk memberi sedikit pencerahan bagi kita. Ia seakan tak pernah bosan untuk terus memompa semangat atau menegur kala kita lalai. Bagaimanapun caranya yang jelas banyak cara menuju pelaminan eh kesuksesan deh..hehehehe ..Syiddu Hilak Ya Ikhwana…
Allahu wa RasuluHu 'alam…Lembar Juang Cairo, 20 Oktober 2010
span>

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Most View Product

Saksi Bisu

Saksi Bisu