Assalamu'alaikum

Labels

Kamis, 04 November 2010

Ngeband



"Jadi ga bro?" tanya Mahmud padaku.
"Sabar kek sedikit, lagi mandi tau!" teriakku dari dalam kamar mandi.
"Cepetan nanti keburu azan" sahutnya dengan nada sedikit tinggi.

Hari itu adalah hari Jum'at, hari libur mingguan di Mesir. Tatkala sebagian kawan meggunakanya untuk refreshing atau beristirahat setelah seminggu kuliah, terntyata kami memiliki katifitas berbeda untuk mengisi liburan mingguan ini. Bagi kami hari ini adalah moment perjuangan tuk menyambung hidup. Walau hanya cukup tuk membeli sesuap nasi tapi itu tak menghalangi kami tuk tetap semangat menggapai rezki yang halal.


Bis 89 coret berjalan amat kencang, tanpa pikir panjang kami berusaha mengejar dan langsung melompat ke dalamnya. Jam sudah menunjukkan pukul sebelas siang, sedikit saja kami terlambat maka hilanglah rezeki nomplok Jum'at ini. Dengan bermodal foto copy Kerneh (Kartu Mahasiswa) Tasdiq (Surat Keterangan Kuliah) dan beberapa lembar Surah Syakhsiyyah (Foto) Laskar Qosru Syauq siap menjalani misi migguannya. Di beberapa lembaga memang mensyaratkan ketiga foto copy ini.

Jejeran panjang Wafidin (Mahasiswa Asing) sudah menanti datangnya Sang Mikail Jum'at, Syekh yang mejadi donatur tunggal di Masjid itu. Lima menit kemudian mobil sedan BMW dating, PPT (Para Pencari Tabarru'/Sedekah) menatur posisi. Kami harus berebut tuk dapat antrian pertama. Mahasiswa hitam mulai menguasai antrian, seperti biasanya mereka selalu saja membuat keonaran. Hingga membuat Sang Ammu sedikit kesal dan membuat pendistribusian Musa'adah (bantuan) semakin semeraut. Beda halnya dengan Mahasiswa Indonesia (baca:Masisir) dan Asia lainnya, mereka terlihat tenang da tertib mengantri. Enathlah, apakah karena postur mereka yang kecil atau memang tradisi mengantri di Tanah air sudah mendarah daging hingga membuat mereka terbiasa.

Satu persatu pengantri mulai berkurang. Setelah mendapat sepuluh pound (sekitar Rp. 17.000,-), para PPT membubarkan diri. Sampai pada giliranku ternyata uang tinggal tersisa beberapa lembar, Ammu Ahmad (petugas yang membagi-bagikan uang) menyetop. Dia menghitung uang sambil melihat beberapa Mahasiswa yang masih mengantri.

" Ba i arba'in geneh" katanya memberitahukan.
"Inta min Fin?" sang Ammu menanyakan Negara Mahasiswa satu-persatu.
"Inta Indonesie" tanya Sang Ammu padaku. Ku hanya jawab dengan anggukan kepala.
"Ana Indonesie bardhu" jawab teman disampingku.

Sang Ammu memberikan selembar dua puluhan padaku dan temanku. Orang Indonesia memang sangat dikagumi oleh orang-orang Mesir. Selain tertib, orang kita terkenal ramah dan santun. Tak heran Sang Ammu lebih mendahulukan kami daripada orang Afrika atau Rusia.

Usai shalat Jum'at, kami melanjutkan rute petualangan kami. Kami lihat kembali data pemberi bantuan selanjutnya. Daerah Nuzhah. Memang kami sudah membuat jadwal "Ngeband" kami. Bukan hanya mingguan tapi harian serta tahunan dilengkapi alamat dan lembaga yang mengadakannya. Kegiatan mengisi hari libur dengan berjuang tuk dapat bertahan hidup ini sering sebut kami dengan ungkapan "ngeband". Mengejar rezeki dengan harus mengantri, berebut serta berdesak-desakan. Berkeliling-keliling dari satu tempat ke tempat lain.

Rute kali ini adalah Jam'iyah khairiyah Al Burhaniyah. Salah satu Lembaga sosial yang memberikan bantuan kepada masyarakat kurang mampu termasuk kami para pelajar. Dengan mengendarai kereta listrik kuno kami berangkat. Sambil mencari tambahan hidup kami nikmati saja kereta ini. Harganya memang murah tapi tidak terlalu sesak seperti kendaraan umum lainnya di Cairo. Kereta listik ini berjalan di tengah kota tapi anehnya ia bisa jalannya sangat lambat mungkin sama seperti kita naik keledai. Kalau berjalan ia sering bergoyang layaknya perahu diterjang ombak bahkan ia kadang berhenti kalau ada mobil atau hewan yang berjalan di depannya.

Sudah diduga sebelumnya ternyata Masjid sudah padat. Para pengantri mulai mengambil antrian. Terlihat seorang lelaki bersama istrinya sedang menggendong anak. Aku kenal betul orang itu, ia adalah Mas Hilman, seniorku di kekeluargaan. Ngeband memang tidak hanya dilakoni oleh kami yang masih single tapi ada beberapa teman yang sudah berkeluargapun ikut mencari tambahan hidup disini. Perjuangan hidup di negri orang memang tak mudah tapi tak ada kata menyerah sebelum melangkah. Hilangkan rasa malu pada sesuatu yang kau yakini halal. Barangkali terdapat ribuan berkah pada semua usaha kita.
Wallahu wa RasuluHu 'alam.

Lembah Juang Cairo, Pagi gugur 26 Oktober 2010.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Most View Product

Saksi Bisu

Saksi Bisu