Assalamu'alaikum

Labels

Minggu, 12 September 2010

Kemerdekaan Indonesia, posisi Mesir dan Negara Arab (2/2)


Pembahasan Pertama
Kemerdekaan indonesia


Masayarakat Indonesia menggunakan kehancuran Jepang dan penyerahannya tanpa syarat pada tanggal 15 Agustus 1945 setelah dua kota Hirosima dan Nagaski diljatuhi bom atom. Mereka mengumumkan kemerdekaan mereka dua hari setelah penyerahan Jepang, yaitu pada tanggal 17 Agustus 1945 yang dilandasi oleh perjanjian dan kesepakatan yang telah selesai di antara para pemipin pemerintahan Barat dan Amerika pada pertengahan perang dunia kedua, dan atas dasar persamaan yang seutuhnya antara pemerintahan bangsa-bangsa itu dalam hak dan kepentingan bersama. Kemudian disebut dengan Republik Indonesia di bawah kepemimpinan Ir. Ahmad Sukarno dan wakilnya Muhammad Hatta.

Kemudian terbentuklah pimpinan bangsa untuk mengeluarkan undang-undang Republik Indonesia yang baru dan dalam waktu yang bersamaan terjadi pemberontakan besar-besaran melawan kekuatan penguasa Jepang. Dan dala beberapa minggu setelah berdirinya Republik Indonesia pemerintahan yang baru dapat melebarkan kekuasaannya ke sebagain besar daerah Jawa, Madura, Sumatra dan berbagai macam daerah lainnya. Ketika para pemimpin Indonesia melakukan penguatan kekuasaan trehadap sebagian besar daerah Indonesia tiba-tiba kekuatan Inggris dan Belanda tiba di tepi Indonesia untuk menarik kekuatan Jepang yang telah menyerah akan tetapi pemerintah bangsa Indonesia tidak tidak memperbolehkan kekuatan Belanda untuk menginjakkan kaki mereka di bumi Indonesia. Indonesia menampakkan persiapan mereka dengan menerima kekuatan penguasa Jepang kepada para sekutu akan tetapi Belanda menolak terlibat dalam perundingan dengan pemerintah Indonesia dengan argument bahwa Indonesi adalah pemerintahan yang tumbuh dalam naungan penguasa Jepang dan pasti penguasaaan Jepang tetap ada yang pengaruhnya berakibat padanya serta kekerasan dan penarikan terus berlangsung bahkan berkembang sampai peperangan militer antara kedua kubu.


Beberapa perundingan telah terjadi antara para pemimpin Indonesia dan Belanda antara tahun 1945 M dan tahun 1947 M. Tetapi kembali gagal hal itu karena Belanda secara perlahan-lahan menawarkan opini pemerintahan otonom kepada para pribumi padahal mereka menuntut kemerdekaan seutuhnya. Hingga terjadilah kesepakatan antara kedua pihak pada 25 Maret 1947 M yang didalamnya menyebutkan penerimaan kemerdekaan Indonesia dengan syarat Ahmad Sukarno dan para kawannya membebaskan kawanan Belanda yang tertahan dalam kekuasaan kekuatan pribumi sejak kelarnya Jepang dari bumi Indonesia, mereka juga membuat kesepakatan bahwa Indonesia yang sudah Independen bergabung dalam kesatuan federasi bersama Belanda dan kepulauan India barat yang terletak di laut Kreta yang dikuasai oleh Belanda. Atas dasar ini Belanda berjanji akan menarik seluruh tentaranya di kepulaun India timur pada permulaan Februari tahun 1949 M.

Meskipun Indonesia telah menerima kesepakatan ini dan telah membebaskan para tahanan Belanda, Belanda kembali mengaku memiliki hak untuk menguasai pulau-pulau ini secara penuh sampai permulaan Februari 1949 M agar benar-benar dapat merealisasikan terbentuknya Negara federal yang ditawarkan dulu. Peperangan baru kembali terjadi antara kedua pihak setelah adanya protes masyarakat pribumi atas posisi Belanda.

Juli 1947 M Negara Australia mengajukan kemerdekaan Indonesia ke Dewan Keamanan Dunia hingga keluarlah keputusan Dewan pada awal Agustus 1947 M dengan memohon kepada kedua pihak yang berselisih agar menghentikan peperangan dan menjalankan perundingan damai, tapi peperangan terus berlangsung. 15 Januari 1948 M Belanda mengumumkan ketentuan pengepungan secara laut terhadap pulau-pulau India timur dan menculik Ahmad Sukarno serta beberapa kawan-kawannya. Bangsa Islam dan Arab mengumumkan dukungannya pada masyarakat Indonesia, dan Universitas Liga Arab mengakui Indonesia sebagai Negara independen yang memiliki keuasaan, Jawaharel Nehru (Perdana Mentri India yang lalu) mengumumkan duukngan penuhnya kepada Indonesia melawan penjajahan murka ini dan mengatakan bahwa India mengakui kemerdekaan Indonesia yang sepenuhnya karena pengakuan kemerdekaan ini adalah penting untuk dapat menambah perjungan Persatuan Bangsa-bangsa (PBB) dalam membangun kedamain dunia.

Intervensi Dewan keamanan untuk menekan Belanda dalam menyelesaikan permasalahan Indonesia bukanlah satu-satunya faktor yang membantu penyelesaian perselisihan ini, bahkan ada beberapa faktor lain yang punya andil dalam penekanan ini. Ketetapan-ketetapan yang dikirimkan Panitia Dewan Persatuan Bangsa Bangsa, para pengontrol yang netral terhadap keadaan di Indonesia, terus menerusnya usaha permusuhan dari pihak Belanda, ketidakmampuan kekuatan Belanda dalam memberikan keamanan perdamaian daerah-daerah yang dikuasainya, ditambah lagi Belanda menjaga kekuatan perang yang besar di Indonesia yang mencapai 120 ribu tentara dan itu memberatkan pundak mereka, dan menjadikannya sasaran untuk medapat tekanan dari Negara-negara yang berksekutu dengannya di selatan Atlantik, perjanjian Brussel yang menuntut mereka harus menambah kapabilitasnya baik tentara dan amunisi untuk mengukuhkan pembangunan ekonomi dan peperangan di Negara barat Eropa. Dan mereka mulai terdorong untuk menyelesaikan kesulitan Indonesia hingga dapat memenuhi komitmen-komitmennya terhadap Negara sekutu barat. Semua faktor-faktor ini bertumpuk yang telah mendorong Belanda untuk mewujudkan penyelesaian yang cepat terhadap keadaaan yang semakin bertambah buruk hari demi hari.

Ketua panitia penyerahan Belanda menyetujui kembalinya kekuasaan Republik Indonesia ke Jakarta dan kerjasama antar kedua pihak agar dapat menyelesaikan persilihan ini. Panitia penengah ini telah memerankan peran yang efektif dalam pengajuan pembahasan yang tidak resmi antara kedua bela pihak. Kelebihan dalam kemajuan ini juga berasal dari kemampuan Mister Cochrane perwakilan Amerika Serikat dalam Panitia penengah ini.

Setelah adanya kesepakatan arah pandang kedua pihak yang dinamakan dengan kesepakatan “Van Royen-Roem”, jalan menjadi semakin terbentang untuk mengadakan Konfrensi Meja Bundar di Den Haag pada 23 Agustus tahun 1949 M dengan suasana optimis dan penuh harapan, hal ini diperankan oleh panitia penengah yang menginduk pada Persatuan Bangsa Bangsa. Dengan kesepakatan ini kepemimpinan dipindahkan ke Indonesia tanpa syarat apapun dan ia menjadi Republik Indonesia Serikat pada 27 Desember 1949 M serta diumumkan secara nasional pada 17 Agustus 1950 M. Perserikatan Indonsia-Belanda berada di bawah mahkota Belanda dengan kesatuan Federal dan atas dasar persamaan antara kedua pihak. Indonesia menguasai seluruh pulau-pulau Indonesia, hal itu diikuti dengan pengumuman Indonesia tentang pembatalan aturan persatuan kemudian namanyapun berubah menjadi Republik Indonesia serta dihapuskannya kesatuan fedeodral bersama Belanda.

Sosial nasional Asia telah membuat persatuan dengan penjajah Barat walaupun sebenarnya itu adalah ekploitasi yang sewenang-wenang. Karena sebenarnya penjajahan barat itu sangatlah dibenci. Politiknya lebih dominant pada penyalahgunaan dan kekerasan, perkembangan dilakukan penjajahpun untuk kebaikan bangsa dengan sebatas kepentingan penjajah di dalamnya bahkan tujuannya adalah untuk lebih mengeksploitasi agar dapat mengambil manfaat bagi kebaikan penjajah sebanyak mungkin. Sekalipun Belanda dipaksa untuk mengakui Republik Indonesia tapi mereka berusaha menjadikannya tetap terikat dan ikut pada kekuasaan Belanda agar dapat mempraktekkan pegawasan atas Negara-negara, tapi warga Indonesia tidak menerima walau hanya hubungan kebudayaan antar mereka dan Belanda, maka mereka memutus hubungan sejak kemerdekaan.





Pembahasan Kedua
Mesir, Arab dan Indonesia


Bila merujuk pada sejarah dan perkembangan hubungan antara Mesir, Arab dan Indonesia, ada beberapa point penting:
1. Sejarah hubungan antara mesir dan Indonesia kembali pada permulaan abad 15 dan hubungan resmi antar kedua pihak telah dimulai pada tahun 1947 M, ditandai dengan hubungan bilateral dengan ketetapan dan posisi kedua Negara biasanya dianggap sesuai dengan kasus dunia.

2. Mesir dianggap Negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia dari Belanda tahun 1947 M yang ditanda tangani dari pihak Mesir oleh Muhammad Fahmi Basya Perdana Mentri dan Mentri Luar Negri waktu itu dan dari pihak Indonesia oleh Agus Salim Wakil Mentri Luar Negri waktu itu.

3. Bantuan Negara-negara Arab melalui Liga Arab kepada Indonesia dan wujud konsilidasi Arab yang komprehensif terhadap kemerdekaan Indonesia melalui Sekertaris Jendral Liga Arab Abdur Rahman Azzam tahun 1947 M.

4. Mesir dan Indonesia telah berpartisipasi dalam pendirian gerakan Non-Blok dan pengaturan Konfrensi Islam dimana keduanya memainkan peran inti dalam dua organisasi ini. Sebagaimana keduanya mensuport perundingan selatan-selatan dan berkembang pada perkumpulan 77, perkumpulan 15, da perkumpulan 8 negara Islam yang berkembang dan kesatuan strategi yang baru antar Asia dan Afrika.

5. Kedua belah pihak setiap tahun mengadakan perkumpulan Komisi konsultasi politik untuk membicarakan hubungan bilateral dan kasus-kasus penting bersama pada tingkat regional dan nasional. Sebagaimana setiap dua tauhn diadakan perkumpulan komisi bersama dalam kerja sama kesenian dan perekonomian secara bergantian antar kedua Negara. Putaran pertama tentang perundingan politik tahun 2004 M di Indonesia. Putaran kedua tahun 2005 M di Cairo yang diikuti putaran ketiga dari perkumpulan Komisi bersama.

6. Universitas Al Azhar mengkhususkan sekitar 115 beasiswa setiap tahunnya untuk para pelajar Indonesia (5 untuk belajar di Ma’had (sebelum Universitas), 90 di Universitas dan 20 untuk pascasarjana) ditambah lagi 5 beasiswa dari kementrian pendidikan tinggi. Al Azhar dan kementrian Wakaf mengutus 45 pengajar untuk mengajar di pondok-pondok di Indonesia.

Diterjemahkan dari makalah dengan judul Istiqlal Indunisiya wa mauqifu Misr wal ‘Airab yang ditulis oleh Prof. DR Naji Abdul Basit Hudhud (Profesor pembantu Sejarah kontemporer Jurusan Kebudayaan Asia Lembaga Kajian dan Riset Asia Universitas Zaqaziq), Untuk Konfrensi fenomena budaya antara Indonesia dan Mesir yang dilaksanakan oleh Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Qonat Suwais dan Kedutaaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Cairo di Isma'iliyah 6-5-2010 M.

Wallahu wa RosuluHu ‘alam.
Lembah Kelam Cairo, 15 Ramadhan 1431 H

* Tulisan ini ku perssembahkan sebagai Kado untuk HUT RI yang ke 65, Sekali merdeka tetap MERDEKA…Salam dari anakmu yang sedang merantau….^_^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Most View Product

Saksi Bisu

Saksi Bisu