Assalamu'alaikum

Labels

Kamis, 28 Juli 2011

Puing-puing Ujian


Akhir bulan ini menjadi akhir ujianku pada tahun kedua di Kairo. Walau tak sepenuhnya berjalan maksimal paling tidak aku mendapat beberapa kenangan dan pengalaman menarik pada ujian kali ini. Ujian tahun ini menjadi ujian yang cukup berkesan dalam perjalanan studiku dan barangkali dapat menjadi sarana berbagi dengan para pelajar di tanah air.

Banyak cerita dan celoteh yang ku dengar tentang Al-Azhar Kairo termasuk ujian disana. Ada rumor yang cukup mengerikan, “katanya” ujian di Al-Azhar diawasi polisi dan aparat, sulit, ramai, tidak teratur, kuno dan lain-lain. Kira-kira seperti itulah kesan pertama yang ku dengar tentang kondisi ujian di Al-Azhar.



Awalnya ketika mendengar ujian di Al-Azhar harus dijaga ketat tentara dan polisi perasaanku sangat tegang dan grogi. Namun dalam realitanya berita itu hanya berlebihan dan terlalu lebay. Memang beberapa polisi menjaga tapi bukan di dalam ruang ujian namun hanya di depan fakultas.

Bukannya takut malah aku mendapatkan beberapa keunikan ketika ujian di Al-Azhar. Salah satunya kita dapat memesan teh hangat dan meminta air minum ditengah-tengah ujian. Khusus teh kita hanya mengeluarkan satu pound untuk menyeruputnya. Lumayanlah segelas teh hangat untuk menyegarkan otak yang sedang panas.

Hal lain yang menarik adalah kebiasaan menyontek, ia memang terbilang jarang untuk mahasiswa asing khusunya Indonesia namun ada beberapa pelajar dari Afrika, India atau Rusia yang tetap melakukannya. Hal ini mungkin berangkat karena beratnya sangsi yang diberikan Al-Azhar bagi para contekkers. Bagi yang kebetulan mendapat pengawas “galak” kertas jawabannya akan diambil, seisi ruangan akan melihat kita (satu ruangan kira-kira sekitar tiga ratusan orang) dan yang lebih parahnya lagi kita akan masuk black klise pada pelajaran selanjutnya yang akan dapat mempengaruhi penilain pada pelajaran yang lainnya. Kalau sudah hitam biasanya sulit dihilangi, kalau sudah dicap buruk sulit untuk merubah image yang baik.

Dalam memberi soal para Dosen memang berbeda-beda, ada yang sedikit namun “anak soalnya” beruntun, ada juga yang memberi soal banyak namun hanya membutuhkan jawaban yang simple. Yang agak sulit biasanya kita harus menjawab sesuai dengan apa yang diminta oleh sang Dosen. Bila kita keliru dalam menjawab dan memahami perintah soal maka tak jarang jawaban kita akan disalahkan. Makanya kalau diminta jawaban yang terperinci harus dijawab terperinci begitupula kalau diminta jawaban secara global harus dijawab global. Bila tidak maka jangan heran kalau jawaban kita disalahkan, walaupun sebenarnya jawaban kita benar namun sayang tidak sesuai dengan perintah.

Yang lebih menarik ternyata hasil ujian yang diraih sulit diprediksi. Tak heran bila kita bila kita menanyakan target nilai teman mahasiswa lain, mereka akan menjawab dengan senyum atau kata-kata tawakal. Memang banyak hal yang tidak bisa diprediksikan di Al-Azhar, banyak kemungkinan terjadi. Baik dari sistem yang masih manual, standarisasi nilai yang cukup tinggi dan lain-lain. Barangakali dengan ini Al-Azhar ingin mengajarkan pada anak didiknya agar selalu merendah dan tidak sombong karena segala hasil yang kita raih semuanya bukanlah milik kita namun milik yang Dzat yang Maha mengatur.

Tahun ini selain ujian di Al-Azhar aku harus mengikuti ujian di Akademi Al-‘Asyiroh Al-Muhammadiyah. Sebuah Institut tasawuf dan ilmu turats di dekat Al-Azhar. Di sana selain mendapat pengalaman dari soal ujian aku mendapat banyak pelajaran hidup. Diantaranya aku banyak mendapat bagaimana mereka memiliki keinginan yang tinggi dalam menuntut ilmu. Sebuah semangat yang hampir punah pada masa sekarang. Ku lihat teman-teman sekelasku yang memang telah memasuki usia pensiun, mereka harus berjuang sama denganku, tetapi mereka masih semangat menghafal, membuat catatan dan ringkasan, membolak-balik foto copi diktat bahkan harus mengejar target hafalan Al-Quran.

Ketika azan berkumandang para mahasiswa diperbolehkan sholat terlebih dahulu. Tak ada rasa curiga ataupun prasangka buruk, semua sudah saling mempercayai, baik dari pihak panitia ujian atau para mahasiswa sendiri.

Ujian kali ini benar-benar panas, selain materinya yang panas, udaranya panas ditambah dengan para teman-teman mahasiswi yang menambah panas. Di Al-Azhar kami selalu dipisah antar lawan jenis, namun di sini ruangan kami disatukan dengan pilihan tempat duduk yang terliaht semaunya. Ditambah pakaian wanita Mesir yang terkenal ketat dan membuat mata lelaki normal terbelalak. Tapi untungnya mereka masih menjaga kesopanan hingga pakaian mereka tidak seperti umumnya para wanita Mesir. Namun itu dapat mengganggu sedikit konsentrasi pemuda seusiaku.

Tub Ramli-Lembah Juang Kairo, 28 Juli 2011 M

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Most View Product

Saksi Bisu

Saksi Bisu