Assalamu'alaikum

Labels

Minggu, 07 Agustus 2011

Anda Azhary?


Al-Azhar merupakan pusat pembelajaran ilmu Islam. Sebagai kiblat ilmu Islam, Al-Azhar tak pernah sepi dari para pelancong ilmu. Hampir tiap tahunnya para duta negara menginjakkan kaki mereka di bumi Kinanah, termasuk Indonesia. Tiap tahunnya tak kurang dari 500 para kader bangsa dikirim ke Negeri Seribu Menara untuk menimba ilmu di sana.

Yang menarik, dari sekian ribu para pelajar asing (wafid) di Al-Azhar tak lebih dari sepuluh persen yang benar-benar menjabat sebagai Mahasiswa Al-Azhar “sejati”. Hal ini terbukti dari kosongnya kelas-kelas perkuliahan ditambah dengan minimnya minat mereka untuk menghadiri pangajian-pengajian (talaqi) dengan para Syekh dan membaca karya-karya mereka.

Sebagai contoh nyata, pengajian-pengajian di Masjid Al-Azhar dan beberapa majlis ilmu yang berada di sekitar kawasan kampus sangat minim pengunjung. Fakta ini ditinjau dari persentasi pelajar yang sering datang bertalaqi berbanding dengan total seluruh pelajar asing yang ada. Tak jarang terdengar banyolan adanya mahasiswa status karena tak pernah ngampus, hanya terdaftar dan tercatat sebagai mahasiswa Al-Azhar namun jarang menunjukkan batang hidungnya di area Al-Azhar. Kalaupun nongol tak lebih karena ada hal penting yang memaksa ia harus datang, seperti ujian, periksa darah (tahlil dam), administarsi kuliah, meminta surat keterangan kuliah (kerneh) dan sejenisnya.


Berangkat dari sini maka tak heran kalau suatu saat ada lulusan Al-Azhar yang memili pemikiran yang bersebrangan dengan Al-Azhar. Tak jarang kamipun menemukan beberapa pelajar Al-Azhar yang menjelek-jelekan Al-Azhar, bahkan mereka lebih bangga dengan Syekh mereka di luar Azhar daripada Syekh dan Dosen mereka di Azhar sendiri. Lebih bangga membaca karangan impor daripada karangan pribumi, para dosen Azhar. Bahkan Al-Azhar pernah mencopot gelar akademis yang telah ia berikan pada alumninya.

Di bawah ini ada beberapa pertanyaan yang mungkin bisa membuktikan keoriginalan seorang Azhari. Namun sebelumnya perlu diperhatikan bahwa tulisan ini bukan berusaha untuk menghakimi namun hanya sebatas intropeksi, mengingat banyaknya pelajar yang bangga sebagai Azhari namun pada realitanya jauh dari nilai-nilai sebagai seorang Azhari. Tulisan inipun berangkat dari sebuah hadis dan kaedah; al bayyinatu ‘alal mudda’i wal yaminu ‘ala man Ankara (orang yang mempunyai dakwaan harus mendatangkan bukti dan orang yang ingkar harus bersumpah). Kalau kita memang seorang Azhari so bisakah kita memberikan bukti bahwa kita memang layak untuk menjadi seorang Azhari.

• Sudahkah anda menghafal Quran?
• Berapa kali anda kuliah atau mengikuti pengajian di Al-Azhar?
• Berapa banyak buku-buku Azhar yang anda baca?
• Berapa lama waktu yang anda luangkan untuk menggeluti Al-Azhar?
• Berapa Syekh dan Dosen yang anda kenal dan ikuti muhadharahnya?
• Buku-buku apa saja yang anda jadikan sebagai referensi? lebih banyak produk yang bermetode Azhar atau yang lainnya?
• Siapa ulama rujukan anda dalam mengambil pendapat dan kesimpulan?
• Apakah anda berfiqh (bermazhab empat), beraqidah (Asy’ari atau Maturidhy) dan berakhlaq (tasawuf) seperti yang dilakukan para ulama Azhar?
• Apakah anda mempunyai ketersambungan sanad, punya perhatian terhadap riwayat, dirayat (penguasaan) dan tazkiyah (rekomendasi)?
• Apakah anda mementingkan penguasaan terhadap ilmu alat sebelum ilmu yang lainnya?
• Apakah anda menguasai maqashid syariah secara matang?
• Apakah anda memposisikan Al Qur`an secara proporsional?
• Apakah anda sangat memuliakan kedudukan umat Nabi Muhammad Saw?
• Apakah anda menyandang tanggungjawab hidayah secara umum (umat secara keseluruhan)?
• Apakah anda memadukan pilar-pilar yang sempurna dalam penguasaan ilmu?
• Apakah anda berpegang teguh dan memberdayakan turats (warisan) umat, merintis jalan bersamanya, kontiniutas berjalan dengannya dan membangun pemahaman di atas pemahamannya?

Beberapa pertanyaan di atas walau tidak memastikan keazharian seseorang secara utuh namun paling tidak dapat mewakili gambaran umum seorang Azhari yang pure. Kami mengambil poin ini dari beberapa Ulama Azhar yang menggemborkan pentingnya kembali pada metode Al-Azhar. Kamipun sangat respek dengan Al-Imam Al-Akbar sekarang (DR Ahmad Thoyyib) yang berusaha mengembalikan Azhar seperti sedia kala, bahkan beliau memberi beberapa inovasi baru agar Azhar tetap bisa eksis dan survive.

Poin pertama, kami ambil dari perkataan Al-Imam Al-Akbar Ar-Rahil DR. Muhammad Sayyid Thantawi, laisa azharian man la yahfadz al-Quran. Beberapa poin selanjutnya kami ambil dari perkataan beberapa Masyayikh yang sering mengisi pengajian di beberapa tempat, termasuk di Masjid Azhar dan lainnya. Juga kami cantumkan beberapa poin dari Syekh Ramadhan Al-Bouthi dan Syekh Ali Jum’ah pada poin selanjutnya. Adapun delapan poin terakhir kami nukil dari risalah "Al Ihya`ul Kabir Li Ma`alimil Manhajil Azharil Munir", yang ditulis oleh Syaikh Usamah Al Sayyid Mahmud Al Azhary, Pengajar hadits dan ilmu-ilmunya di Masjid Al-Azhar Kairo Mesir.

Mudah-mudahan dengan intropeksi singkat ini kita dapat menjadi Azhari yang sesungguhnya. Bukan hanya menaruh sebuah status Azhari namun juga harus dibarengi dengan jiwa dan ruh Azhari. Kritik dan masukan anda sangat kami tunggu, mudah-mudahan bisa lebih melengkapi. Allahu wa Rasuluhu a‘lam.

Istana Rindu- Lembah Juang Cairo, 08 Ramadhan 1432 H / 08 Agustus 2011 M

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Most View Product

Saksi Bisu

Saksi Bisu