Assalamu'alaikum

Labels

Senin, 15 Agustus 2011

Menghafal Quran, siapa takut!!! (Part 1)


Menghafal Al-Quran selalu menjadi idaman setiap muslim, ia juga selalu menjadi batu pertama dalam menempuh perjalanan menuntut ilmu para ulama-ulama kita. Hal ini bisa kita temukan dalam setiap biografi para pewaris Nabi ini. Disisi lain, mengahafal Quran juga menjadi salah satu bagian terpenting dalam berinteraksi dengan kitab pusaka umat Islam, Al-Quran.

Banyak sudah tulisan yang memuat trik dan tips menghafal Quran, mulai dari zaman para Salafus Shaleh sampai sekarang. Namun ada berapa poin yang kadang kurang difahami oleh para penghafal Quran, ada yang lebih mendahulukan poin-poin sekunder dibanding yang primer, begitupula ada yang lalai terhadap hal-hal yang primer padahal itu adalah poin yang harus dimiliki oleh para penghafal Quran.


Ada sebuah buku (minibook) menarik yang dikarang oleh salah satu penulis produktif di Mesir, DR. Rajib Sirjani. Dalam bukunya kaifa tahfadzul Quran ia membahas hal-hal yang harus diperhatikan oleh para penghafal Quran. Secara garis besar ia membuat dua pembahasan. Pembahasan pertama tentang tips-tips yang bersifat primer (asasiyah) dan tips kedua bersifat sekunder (musa’idah). Dan dalam setiap pembahasan ada sepuluh poin yang harus diperhatikan.

A. Tips-tips primer (asasiyah)
Tips ini kami kira harus dimiliki oleh para penghafal Quran karena menjadi hal yang sangat mendasar selama menghafal. Ada sepuluh poin yang harus dimiliki oleh para penghafal Quran baik sebelum, sesudah atau selama ia menjalani proses menghafal Quran.

1. Ikhlas
Ikhlas merupakan fondasi terpenting dalam setiap pekerjaan. Hal ini disebabkan karena siapa saja yang melakukan sebuah pekerjaan bukan karena mengharap rido Allah maka pekerjaannya akan sia-sia saja. Ia juga akan menjadi orang yang pertama kali disidang pada hari kiamat.

Sebauh hadis dari Imam Hakim menerangkan bahwa orang yang menghafal Quran terbagi menjadi tiga golongan; golongan yang ingin pamer, golongan yang ingin mencari makan dari hafalannya dan golongan yang memang murni karena Allah.

Ketika kita tidak bisa ikhlas secara utuh maka kita bisa menggunakan alternatif pembantu yaitu dengan memperbanyak niat yang baik seperti niat dapat memperbanyak baca Quran, bisa bertahajjud sambil mengulang hafalan, berharap bisa meraih kemuliaan orang yang menghafal Quran, berharap agar orang tua kita dapat diberikan mahkota pada hari kiamat, agar terjauh dari azab akhirat, agar dapat mengajarkannya kembali pada orang lain, agar dapat menjadi suri tauladan baik bagi orang Muslim atau yang non-Muslim atau niat-niat baik yang lainnya. Yang penting kita berniat karena Allah dan bukan karena dunia.

2. Keinginan yang kuat
Menghafal Quran adalah sebuah pekerjaan yang amat mulia maka hanya orang yang benar-benar mempunyai niat yang kuatlah yang dapat mencapainya. Pekerjaan yang hebat hanya dimiliki oleh orang-orang yang hebat pula. Sama halnya ketika seluruh orang ingin masuk surga, apakah seluruh orang itu benar-benar memiliki tekad yang kuat untuk mencapainya, ternyata tidak, hanya segelintir orang bukan!

Keinginan yang kuat ini terpancar dari usaha yang ia lakukan untuk mencapainya. Dari usaha yang terus menerus inilah yang akan membuatnya menjadi sebuah kebiasaan. Dan dari kebiasaan inilah yang membuatnya terus menerus menghafal, mengulang dan mematangkan hafalannya.

3. Mengetahui nilai menghafal Quran
Orang yang mengetahui nilai sesuatu pasti akan berkorban apapun untuk meraihnya. Kalau manusia biasanya selalu mencurahkan seluruh usaha untuk mendapatkan hal-hal yang bersifat duniawi lalu kenapa ia tidak melakukan hal yang sama untuk mencapai tujuan akhiratnya yang kekal.

Ketika kita mengetahui nilai pekerjaan yang kita lakukan maka kita akan semakin rindu untuk melakukannya. Ditambah lagi, orang yang mengetahui nilai suatu pekerjaan tidak sama dengan yang tidak mengetahuinya. Dan orang yang mengetahuinya secara global tentu tidak sama dengan yang mengetahuinya secara terperinci. Maka semakin kita mengetahui nilai pekerjaan itu lebih terperinci tentu akan membuat kita semakin berpacu untuk menggapainya.

Ada banyak kelebihan dan keutamaan bagi orang yang menghafal Quran baik dalam Quran itu sendiri atau hadis Nabi. Kita juga bisa menemukannya dalam beberapa literatur baik yang berbahasa Arab seperti At-tibyan fi adabi hamalatil Quran karya Imam Nawawi atau yang berbahasa Indonesia.

4. Mengamalkan apa yang ia hafal
Poin ini menjadi poin terpenting dari tujuan menghafal Quran. Karena hafal semata tidak akan menghasilkan nilai yang berarti tanpa dibarengi dengan praktek realita. Hal inipun sudah disinggung oleh Anas bin Malik; berapa banyak orang yang membaca Quran namun Quran malah melaknatnya.

Metode inilah yang digunakan oleh para generasi terbaik, generasi sahabat. Umar bin Khattab telah mengajarkan kita metode yang tokcer dalam berinteraksi dengan Quran, ia tidak pernah menghafal sesuatu kecuali ia telah mengamalkannya dan ia akan pindah ke hafalan berikutnya setelah ia mengamalkannya dan begitu seterusnya.

Ali bin Abi Thalib juga pernah memprediksikan bahwa nanti suatu saat akan ada sebuah kaum yang ilmu mereka tidak lebih dari kerongkongan saja karena apa yang mereka lakukan berbeda dengan apa yang mereka ketahui. Bukankah orang yang mengamalkan apa yang ia tahu akan Allah berikan padanya hal-hal yang belum ia tahu.


5. Meninggalkan dosa dan maksiat
Hati yang sering berbuat maksiat tidak akan bisa menampung cahaya Quran. Semakin ia bermaksiat maka akan mempengaruhi hatinya. Ketika hatinya semakin keruh maka lemahlah kemampuannya dalam menghafal Quran yang suci. Karena dosa ibarat sebuah titik, semakin banyak ia bermaksiat dan berdosa maka akan semakin banyaklah titik hitam dalam hatinya, namun ia bisa dihapus dengan bertaubat dan memperbanyak istighfar.

Imam Syafi’i juga pernah mengalami hal ini kemudian bertanya kepada Imam Waki yang akhirnya beliau membuat dua syair yang sangat terkenal, Syi’ir Syakautu ila Waki. Seorang Tabi’in (Dohhak bin Mazahim) pernah berkata tak ada seorangpun yang belajar Quran kemudian ia lupa kecuali karena dosa yang ia perbuat. Dan melupakan Quran termasuk musibah terbesar.

6. Berdoa
Berdoa merupakan senjata orang Islam. Karena ia yakin bahwa tidak ada yang sia-sia dari doanya, ia selalu yakin bahwa Allah selalu mengabulkan doa mereka baik secara langsung, ditunda waktunya atau diganti dengan yang lebih baik.

Ada beberapa waktu yang tepat dalam berdoa seperti waktu sahur, usai shalat, sepuluh akhir Ramadhan, apalagi ketika kita sendiri dalam keheningan malam, ketika hujan, dalam perjalanan dan lain-lain. Selain itu ada beberapa tempat yang dapat mempercepat terkabulnya doa kita seperti di tanah haram (Mekah dan Madinah), hajar aswad, ka’bah, raudhah dan lain-lain.

7. Pemahaman yang benar
Orang yang paham arti apa yang ia hafal akan lebih mudah menghafalnya dibanding mereka yang tidak paham. Dalam membantu pemahaman, kita bisa menggunakan beberapa alternatif seperti Quran terjemah, tafsir yang simple atau yang lebih terperinci kajiannya.

Contoh tafsir yang simple seperti Mukhtasor Ibnu Katsir, Mukhtasor Tobari, Tafsir Sa’di, Tafsir Jalalain, Tasir Muhammad Farid Wajdi, Tafsir wajiz karya Syekh Wahbah Zuhaili atau Al-Quran Al-Muntakhab. Bagi yang ingin lebih memperdalam bisa menggunakan Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Qurtubi, Tafsir Wasit karya Syekh Tontowi dan lain-lain.

8. Membaca dengan tajwid
Membaca Quran dengan tajwid akan sangat membantu hafalan. Orang yang menghafal tanpa tajwid akan sangat sulit untuk dibenarkan ketika ia sudah selaesai menghafal karena ia sudah terbiasa membaca dengan bacaannya yang salah. Apalagi orang yang membaca denga tajwid ternyata mendapat pahala yang lebih besar.

Yang harus diperhatikan dalam belajar tajwid adalah harus mengambil dari seorang guru yang sudah mantap hafalan dan bacaannya, dan tidak cukup belajar dari buku saja. Setelah belajar dari seorang guru yang hebat mungkin dia bisa menggunakan sarana pembantu seperti mendengar dari kaset atau komputer dan lain-lain.

9. Terus membaca Quran
Orang yang sering membaca Quran akan lebih banyak mendapat pahala dan di sisi lain hal itu akan mempermudah dan memperkuat hafalannya. Karena terus menerus membaca Quran akan memindahkan daya ingatannya dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang.

Biasanya para sahabat menghatamkan Quran dalam seminggu. Hanya sebagian yang kurang dari itu dan hanya sebagian kecil yang lebih dari itu.

10. Membaca dalam shalat
Bagi yang berkesempatan menjadi imam maka ia dapat langsung mengulang hafalannya. Namun bagi yang tidak menjadi imam ia dapat melakukannya ketika shalat malam, usai shalat isya, shalat dhuha atau shalat sunnah lainnya.
Wallahu wa Rasuluhu 'alam.
* Alhamdulillah tulisan ini dimuat di website voa-islam.com.

Istana Rindu-Lembah Juang Kairo, 15 Ramadhan 1432 H

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Most View Product

Saksi Bisu

Saksi Bisu