Assalamu'alaikum

Labels

Sabtu, 31 Juli 2010

Kenapa sih Rosulullah SAW poligami…? (Episode 1)


Akhir-akhir ini banyak kejadian yang mendeskriditkan Islam, mulai dari penghinaan seorang petinggi Belanda, karikatur yang dibuat seorang berkebangsaan Denmark, sampai yang terhangat sekarang lomba karikatur Nabi Muhammad yang terjadi diakun pertemanan Facebook, yang dilanjutkan oleh aksi demonstrasi dan pemboikotan facebook oleh sebagian kalangan sampai pembuatan akun facebook "Islami".

Banyak faktor yang menyebabkan hal in terjadi, dari hal yang masuk akal sampai hal-hal yang terbilang diakal-akali.

Salah satu isu center yang mereka angkat adalah poligami, yang menurut mereka (para musuh Islam) terkesan enak sebelah pihak dan "aji mumpung". Bahkan mereka menggugat bahwa Nabi Muhammad adalah seorang "hypersex", menjadikan agama sebagai alat untuk melancarkan niat syahwat, kenikmatan serta hawa nafsu-Nya. Seorang yang tak merasa puas dengan beristri empat sebagaimana yang Ia wajibkan kepada para pengikutnya, berbeda dengan jumlah Ia sendiri yang berisrtri sepuluh bahkan lebih. Semua itu Ia lakukan semata-mata untuk memuaskan nafsu dan syahwat-Nya. Segala alasan mereka utarakan untuk mencoba menguatkan argument keliru ini. Bahkan tak segan-segan mereka mengeluarkan taktik licik dan argument kotor sehingga sebenarnya tak layak untuk menjadi sebuah argument yang rasional.


Sudahlah menjadi hal yang lumrah, bahwa para musuh Islam tak henti-hentinya berusaha mebuat keraguan terhadap Islam dan meperburuk imagenya karena mereka iri terhadap Islam dan ingin merusak aqidah Islam terus menerus, tak kenal arang lintang, sampai kaiamat datang.

Sebenarnya, hal ini sudah biasa dan bukanlah hot news yang "renyah" untuk dikunyah lagi karena banyak sudah jawaban-jawaban dan sanggahan yang menguak kebohongan tuduhan-tuduhan palsu ini. Oleh karena itu, penulis hanya ingin memberikan argument real dan ringkas yang ditulis oleh Prof. DR. Muhammad Balasi dan dimuat oleh majalah Mesir (Mimbarul Islam) tahun ke-67 edisi 11 Dzulqa'dah 1429 H -November 2008 M, karena mungkin masih banyak para "penghujat tak bertanggung jawab" yang ingin menjadikan topik ini mecuat kembali, juga masih banyak saudara kita yang terpengaruh olehnya. Maka, sudahlah menjadi tugas kita bersama untuk saling berbagi dan menasehati dalam kebaikan. Mudaha-mudahan terjemahan ini bisa bermafaat bagi kita semua.
Sebelum saya mejelaskan hikmah poligami Rosul serta tujuan pernikahan beliau dengan setiap istri-istri-Nya maka perlu kiranya saya sebutkan beberapa realita sebenarnya untuk menyanggah tuduhan-tuduhan yang banyak dialamatkan kepada-Nya, diantarnaya adalah :

1.Rosulullah SAW tidak berpoligami kecuali setelah berumur lima puluhan dan masa ini bukanlah masa produktif untuk "penyaluran Syahwat."
2.Seluruh istri Beliau janda dan renta kecuali Bunda Aisyah RA, seandainya Rosul menuruti syahwat dan nafsunya maka Beliau akan menikahi "daun muda dan masih perawan ting-ting".
3.Sebagaimana yang kita tahu bahwa seluruh perbuatan Nabi bersumber dari wahyu Ilahi, termasuk juga menikah. Maka, alangkah tidak benar kalau itu adalah murni keinginan beliau semata.
4.Poligami Beliau sendiri mempunyai beberapa hikmah yang bermacam-macam, secara global kita dapat mengkelompokannya sebagai berikut :
a.Hikmah Ta'limiyah (Pembelajaran) c. Hikmah Tasyri'iyah (Agama)
b.Hikmah Siyasiyah (Politik) d. Hikmah Ijtima'yah (Sosial)

Untuk memperjelas hikmah tersebut maka saya akan menjelaskan satu persatu istri beliau serta faktor yang melatar belakanginya :

1.Bunda Khadijah binti Khuwailid RA

Allah telah memilih beliau untuk menjadi wanita pertama yang berlabuh di hati baginda Nabi, beliaupun memperistrinya ketika masih berumur dua puluh lima tahun dengan terpaut lima belas tahun dengan sang istri yang telah berumur empat puluh tahun. Pernikahan inipun terjadi sebelum bi'tsah (pengangkatan Rasul) dengan status Khadijah yang telah menjanda.

Pilihan inipun bukan tanpa alasan karena Allah telah mempersiapkan pendamping terbaik yang mempunyai pandangan-pandangan tajam dan intellegensi tinggi, maka pernikahan inipun bukan karena keinginan Rosul semata tetapi merupakan sebuah pertalinan yang sarat taufiq dan hikmah, karena orang yang cerdik pasti akan dipasangkan dengan orang yang cerdik pula. Perbedaan umur bukanlah halangan untuk menuju kehidupan rumah tangga yang abadi karena tujuannya bukanlah hanya untuk "melampiskan hasrat dan nafsu semata" tetapi merupakan sebuah tujuan manusia mulia. Hal inipun terkait tugas Rasul selaku pengemban Risalah yang akan memikul beban dakwah. Maka, Allah telah mempermudah dengan memilihkannya seorang wanita cerdas dan bertakwa. Hal ini untuk membantunya melewati dan mengarungi jalan untuk menyebarkan dakwah dan risalah , maka iapun menjadi wanita pertama yang masuk Islam.

Kecerdasan dan ketajaman pandangannya -sebagaimana yang terdapat dalam shahihain- terbukti ketika Rasul didatangi maliakat Jibrill di Gua Hira, kemudian Beliau pulang dengan hati gelisah lalu menemuinya seraya berkata: "Tolong selimuti aku….". Sampai akhirnya beliaupun tenang kemudian berkata kepadanya: 'Sungguh alangkah takutnya diriku ini", kemudian iapun menenangkan-Nya seraya berkata: "Tenanglah, selamanya Allah tidak akan berbuat apa-apa padamu, bukankah Kau selalu bersilaturahmi, berkata jujur, melaksanakan seluruh tugas, menghormati tamu, dan menolong orang yang membutuhkan".

Rosul mengarungi hidup bersama "bunga hidup-Nya (Khadijah)", Ia tidak pernah memadunya dan mencintai seseorang seperti cinta-Nya padanya sampai suatu ketika bunda Aisyah pernah "cemburu" padanya, sekalipun ia belum pernah melihat dan berkumpul bersamanya, suatu saat Rasul menyebutnya (Khadijah), lalu ia (Aisyah) memberanikan diri kemudian berkata; "Ia hanyalah seorang janda pada masa lalu dan Allah telah menggantinya dengan seorang yang lebih baik darinya, maksudnya dirinya sendiri. Mendengar kata-kata ini Rasulpun muram lalu berkata: "Tidak juga, Demi Allah, sungguh Allah tidak pernah memberi ganti yang lebih baik darinya, dia beriman ketika orang-orang ingkar padaku, dan ia mempercayaiku ketika orang-orang mendustaiku, ia berkorban dengan hartanya ketika orang-orang enggan (menderma), dan Allah telah menganugrahkanku keturunan darinya ketika istri-istriku yang lain tidak memberikannya." Lalu ia (Aisyah) berkata: "Mulai saat itu sampai seterusnya aku tidak pernah menyebutkan kekurangannya (Khadijah)."

Bunda Khadijah hidup bersama Rosulullah SAW selama dua puluh tahun, lima belas tahun sebelum menjadi Rosul dan sepuluh tahun sepuluh tahun setelahnya. Darinya Beliau dikaruniai seluruh anak-anaknya selain Ibrahim maka benarlah bahwa khadijahlah orang yang sangat membantu Nabi dalam menyampaikan ajaran Islam, oleh karena itu beliau tidak pernah memadunya sampai ajal menjemputnya, dan nabi waktu itu sudah berumur lima puluh . Radiyallahu 'anha wa ardhaha.

2.Bunda Saudah binti Zum'ah RA

Rosul menikahinya setelah Bunda Khadijah wafat, seorang janda tua renta yang sudah berumur lima puluh lima tahun. Alasan Nabi menikahinya –sekalipun dengan usianya yang renta- untuk memberikan pelajaran kepada Umat Manusia dalam berlemah lembut dan berbuat baik terhadap orang-orang miskin.

Awalnya ia adalah istri Sakran bin 'Amr kemudian ia beriman yang diikuti oleh suaminya, akan tetapi melihat keadaan muslimin yang sangat mencekam di Mekah iapun hijrah bersama suaminya ke Habsyah bersama orang-orang yang hijrah di "kloter" kedua. Sepulangnya dari Habsyah, suaminya meninggal maka iapun hidup sebatang kara, tak ada yang menolong dan menanggungnya, seandainya ia kembali ke kekeluarganya sepeniggal suaminya pastilah mereka akan memaksanya untuk kembali menjadi Musyrik atau mereka akan mengazabnya dengan azab yang amat pedih agar ia mau meninggalkan Islam dan kembali ke agama asalnya. Karena alasan inilah Rosul bersedia menanggungnya bahkan menikahinya, ini sebagai bentuk apresiasi yang tinggi kepadanya karena kemurnian imannya serta ketulusannya kepada Allah dan Rosul-Nya.

Andai tujuan pernikahan Rosul karena Syahwat -sebagaimana yang dituduhkan sebagian Orientalis- pasti Beliau akan menggantinya dengan "daun muda", yang masih perawan dan berumur dua puluh lima tahunan, tapi beliau adalah contoh pribadi agung, cerdik dan sangat menjaga kehormatan maka tujuan beliau semata-mata hanya ingin menjaga, dan melindunginya agar selalu berada dibawah tanggungan-Nya.

3.Bunda 'Aísyah binti Abu Bakr As Shiddiq RA

Tak ragu lagi bahwa tujuan utama pernikahan poligami kanjeng Nabi adalah untuk melahirkan beberapa juru ajar kepada kaum wanita yang akan mengajari hukum-hukum Syariat. Karena wanita adalah bagian masyarakat dan merekapun terkena beban sebagaimana yang dipikul oleh para lelaki.

Sebagaimana yang kita tahu bahwa wanita mempunyai malu yang tinggi maka banyak dari mereka yang malu bertanya ke Nabi khususnya masalah yang berkaitan dengan kewanitaan seperti hukum haidh, nifas, perkara suami istri, dan hukum-hukum lainnya. Tak jarang wanita merasa malu ketika hendak bertanya kepada Nabi tentang hal-hal yang terkait dengan masalah ini.

Salah satu sifat Rosul adalah pemalu, hal inipun banyak termaktub dalam Kitab Hadis, sampai Beliau tidak dapat menjawab pertanyaan wanita yang diajukan kepada-Nya secara terang-terangan bahkan kadang Beliau menggunakan bahasa Kinayah (bahasa sindiran), maka para wanitapun memahaminya secara Kinayah, olehkarena itu dibutuhkan seorang yang diizinkan oleh Rosul untuk menjelaskan kepada mereka maksud jawaban tersebut. Maka, para Istri Nabilah yang paling cocok untuk menempati posisi ini karena melalui merekalah para wanita dapat memahami agama Islam secara keseluruhan.

Sebagamana yang kita tahu bahwa sunnah Nabi tidak terbatas pada perkataanNya saja tapi ia juga mencakup perkataan, perbuatan, dan ketetapan Nabi yang kesemuanya ini masuk dalam Syariat yang wajib diikuti oleh Umat Muslim. Maka siapakah yang akan menjelaskan Hadis-hadis dan perbuatan Nabi selama di dalam rumah selain para istri yang telah Allah muliakan itu. Mereka adalah para bunda kaum Muslimin sekaligus Istri Nabi di dunia dan akhirat. Alangkah besar keutamaan mereka, karena telah menjelaskan seluruh keadaan, perkembangan, dan perbuatan Nabi selama di rumah.

Diantara sekian Istri Rosul ada yang menjadi pengajar dan muhadditsah, menyampaikan petunjuk-petunjuk dari Nabi. Merekapun terkenal dengan kekuatan hafalan, kecerdasan, dan kepintaran mereka. Di antara mereka yang paling menonjol dalam hal ini adalah Bunda Aisyah, hal ini dikarenakan ia adalah yang paling cerdas dan paling banyak hafalannya bahkan dia lebih pintar dari kebanyakan lelaki, tak heran banyak para Sahabat bertanya padanya tentang sebagian hukum yang mereka angggap sulit dan ternyata iapun dapat menyelesaikannya.

Sebuah riwayat dari Abu Musa Al Asy'ary RA, beliau berkata: "Tidak ada satu Hadispun dari Nabi yang kami anggap sulit tetapi kami dapat memahiminya setelah Kami bertanya pada Aisyah". Sahabat 'Urwah bin Zubair RA berkata: 'Tidak pernah kudapati wanita yang lebih pintar dari Aisyah dalam masalah kedokteran, Fiqih dan Syi'ir."

Hal ini bukanlah suatau yang aneh, kitab-kitab Hadis menjadi bukti kedalaman ilmu dan kehebatan otaknya. Tidak ada seorangpun meriwayatkan dalam kitab Shahih yang lebih banyak darinya kecuali dua orang, Abu Hurairoh RA dan Abdullah bin Umar RA.

Rosulullah menikahinyapun karena wahyu dari langit, iapun satu-satunya istri Nabi yang perawan ketika dinikahi. Bunda Aisyah pernah berkata: " Aku telah diberikan tujuh hal yang tidak pernah diberikan kepada wanita manapun; Malaikat Jibril datang ke Nabi dalam wujudku ketika menyampaikan wahyu untuk menikahiku, Nabi menikahiku dalam keadaan perawan dan tak ada seorangpun yang dinikahiNya dalam status perawan (selain aku), Beliau meninggal dalam simpuhanku, Beliau dimakamkan di rumahku, para Malaikat telah berkumpul di rumahku, aku berada dalam selimut bersama-Nya ketika wahyu diturunkan, aku adalah anak Khalifah dan Sahabatnya, Udzurku telah turun dari langit, seorang yang baik "so pasti" diciptakan untuk orang yang baik pula, aku telah dijanjikan ampunan dan rizki." Olehkarena itu Rosul lebih mencintainya dibanding para istri yang lain walaupun beliau selalu adil dalam hal menggilir istri-istri-Nya.

Bunda Aisyah adalah sarana terbaik untuk menyebarkan Sunnah, keutamaan suami istri serta hukum-hukumnya, khususnya yang berkaitan dengan hal kewanitaan. Hubungan pernikahan Nabi dengan Abu Bakr adalah anugerah terbaik dan balasan yang setimpal buatnya di dunia, bukankah Abu Bakr As Shiddiq orang yang paling Nabi cintai dan yang mempunyai peran besar dalam hidupNya!!. Hal inipun semakin menambah ikatan dan kecintaannya terhadap nabi, alangkah indahnya politik Nabi, dan alangkah agungnya balasan Nabi untuk orang-orang yang benar-benar tulus pada-Nya.

4.Bunda Hafsah binti Umar RA

Beliau adalah putri Umar bin Khattab RA yang dinikahi Rosul pasca suaminya (Khunais bin Hudzafah) Syahid di perang Badr, setelah melewati cobaan dalam perang itu. Bahkan sejarahpun mencatat lembaran-lembaran emas akan keperkasaan, kejantanan dan perjuangannya.

Nabi ingin menolong "Al Faruq" Umar, menjadikannya kerabat, dan memberi balasan padanya di dunia ini atas jasa yang telah ia berikan terhadap Islam. Maka, Beliau tidak mendapati sesuatu yang lebih agung selain menjadikannya mertua dan tidaklah ada balasan yang lebih mulia di dunia ini daripada itu.
Imam Bukhari meriwayatkan dalam Kitab Shahihnya dari Abdullah bin Umar RA: "Ketika Hafsah menjanda dari Khunais bin Hudzafah karena syahid di perang Badr dan dimakamkan di Madinah, Umar menemui Utsman lalu berkata : Sudikah engkau menikahi Hafsah? kemudian Utsman menjawab: saya akan mempertimbangkannya dulu. Setelah beberapa malam ia memberi jawaban: sepertinya saya tidak menikahinya. Kemudian Umar berkata kepada Abu Bakar, kemudian ia terdiam padahal ia lebih berharap padanya daripada Utsman. Setelah beberapa malam Rosululllahpun melamarnya dan aku menihkan padanya. Kemudian Abu Bakar menemuiku seraya berkata mugkin kau dulu sangat berharap padaku ketika kau menawarakan Hafsah, lalu sedikitpun ku tak menjawab? Lalu Umar menjawab: Ya. Lalu ia berkata: tidak ada satupun yang mengganjalku tuk menjawab pinanganmu tapi ku tahu bahwa Nabi SAW pernah menyebutnya maka akupun tak ingin menyebarkan rahasiaNya, seandainya Ia tak menginginkannya maka pasti kan kuterima pinanganmu.

Seperti Inilah kesatria sejati dan itulah kejantaan sesungguhnya yang telah tertatam dalam diri Umar "Al Faruq". Ketika ia ingin menjaga kehormatan dirinya maka ia tidak melihat dirinya rendah tatkala menawarkan anaknya Hafsah kepada orang Shaleh yang sepadan, mudah-mudahan kerihaan Allah selalu tercurah padanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Most View Product

Saksi Bisu

Saksi Bisu