Assalamu'alaikum

Labels

Sabtu, 31 Juli 2010

Kenapa sih Rosulullah SAW poligami…? (Episode 2)



5.Bunda Zainab binti Khuzaimah RA

Beliau adalah istri pejuang dan ksatria Islam Ubaidah bin Harits yang syahid pada permulaan perang Badr, hal ini tak mempengaruhi kesibukannya pada peperangan itu dalam melaksanakan kewajbannya untuk merawat Sahabat yang terluka dan memperban luka-luka mereka hingga Allah menetapkan kemenangan untuk kaum Muslimin pada pertempuran pertama mereka terhadap orang Musrik

Setelah peperangan ia datang kepada Nabi untuk menyerahkan diri padaNya. Lalu, Nabi tidak mendapatkan orang yang menyayanginya diantara umatNya. Maka, Nabipun menikahinya untuk menyenangkan hatinya setelah ditinggal suaminya dan sebagai ganjaran atas kesabaran, keteguhan, dan ketangguhannya. Beliaupun menilai tidak ada orang yang mau mencukupi nafkahnya maka Beliau menyetujui pinangannya dan menyayanginya.

Nikah ini termasuk golongan nikah yang dikhususkan pada Nabi hal itu karena nikah ini berbeda dengan nikah pada biasanya yaitu nikah tanpa wali dan mahar. Allah berfirman: "Dan perempuan mukmin yang menyerahkan dirinya kepada nabi kalau nabi mau mengawininya, sebagai pengkhususan bagimu, bukan untuk semua orang mukmin."(QS. Al Ahzab : 50).



Bunda Zainab binti Khuzaimah RA telah berusia enam puluh tahun ketika dinikahi Nabi dan tidak pernah berdiam disisi Nabi selain dua tahun dan iapun wafat. Olehkarena itu hal ini membuktikan kebusukan pendapat para pembohong tentang pernikahan mulia ini dan tujuannya yang suci? Apakah mereka menemukan kebohongan seperti yang dilancarkan oleh para pendusta itu? Apakah mereka menemukan pengaruh syahwat dan hawa nafsu di dalamnya? Atau malah kemulian, kehormatan diri, keagungan, kasih sayang, anugrah, dan kebaikan dari Rosul Sang manusia agung yang datang sebagai rahmat bagi semesta alam. Maka, waspadalah wahai para Orientalis yang menyebalkan dan tunaikanlah amanah ilmiyah, jangan kau khiyanati untuk melancarkan tujuan busukmu. Mengkaji dan mempelajari ilmu-ilmu Islam hanya untuk melakukan tipu muslihat, mebuat tipu daya dan mencela "Sang Manusia Pilihan" Muhammad SAW.


6.Bunda Ummu Salamah (Hind Al Makhzumiyah) RA

Suaminya (Abdullah bin Abdul asad) syahid dalam perang Uhud, maka hiduplah dirinya serta keempat yatimya tanpa ada yang menanggung dan mengasuh. Nabi melihat tidak ada bentuk bela sungkawa dan tanggungan yang lebih baik untuknya dan anak yatimnya selain menjadikannya Istri. Ketika Nabi hendak melamarnynya iapun menolak seraya berkata: "aku ini hanyalah wanita yang sudah berumur tua, mempunyai anak yatim dan sangat camburuan", Nabipun menjawab melalui utusannya, "Anak-anakmu biarlah saya yang tanggung, dan saya berdoá kepada Allah mudah-mudahan Ia menghilangkan rasa cemburu dalam hatimu."
Beliau tidak pernah mempermasalahkan umur, maka Beliaupun mempersuntingnya -setelah ada persutujuan darinya-, mendidik anak yatimnya, menyanyanginya hinggga mereka tidak pernah merasa kehilangan ayah karena telah mendapatkan seorang ayah yang lebih menyangangi mereka dari ayah mereka sendiri.

7.Bunda Ummu Habibah (Ramlah binti Abi Sufyan) RA

Sebagian istri Nabi Beliau nikahi karena politik dengan tujuan untuk dapat menyatukan hati, dan mengumpulkan kelompok-kelompok disekelilingnya. Hal ini adalah suatu yang lumrah kiranya, setiap manusia ketiak ada wanita yang berasaldari golongan, atau keluarganya maka akan terjadi kekerabatan antara dirinya dan kaum itu dan pada biasanya mereka pasti akan menolong dan menjaganya.

Pernikahan Rosul dengan Ummu Habibah juga mengandung hikmah yang serupa dengan unsur ini, karena ayahnya (Abu Shafyan bin Harb) pada waktu itu adalah pemimpin kaum musyrik dan orang yang keras terhadap Rosulullah, sedangkan Ummu Habibah telah masuk Islam di Mekah yang kemudian Hijrah bersama suaminya ke Habsyah karena ingin kabur dari agama mereka. Tapi suaminya wafat di sana dan hiduplah ia seorang diri, tak ada yang menolong dan menyayanginya. Ketika Nabi mengetaui hal ini Beliau mengirim surat kepada An Najasyi (Raja Habsyah) untuk menikahkannya padaNya. Najasyipun menyampaikannya, hal ini membuatnya merasa sangat senang yang tak terhingga karena seandainya ia pulang ke ayah atau keluarganya pasti mereka akan memaksanya untuk kafir dan keluar dari Islam atau mereka akan mengazabnya dengan azab yang sangat pedih. Raja Najasyipun memberinya empat ratus dinar serta hadiah-hadiah yang berharga, lalu ketika ia kembali ke Madinah Rosulullahpun langsung menikahinya.

Tatkala berita ini sampai ke Abu Shafyan iapun menyutujui pernikahan tersebut seraya berkata: Dia adalah suami yang bertanggung jawab. Iapun bangga terhadap Rosul dan tidak mengingkari kecakapanNya hingga Allah memberikan hidayah padanya untuk masuk Islam.

Dari sini tampaklah hikmah agung dalam pernikanNya dengan Anak Abu Shafyan. Pernikahan inipun menjadi sebab untuk meringankan siksaan terhadapNya dan para SahabatNya terutama setelah adanya hubungan nasab dan kerabat antara keduanya, padahal Abu Shafyan waktu itu termasuk orang yang paling keras terhadap Rosul, paling menentang, dan paling memusuhi orang Muslim. Maka pernikahan dengan anaknya menjadi penyebab kejinakkan hatinya, mengubah kaum, dan keluarganya. Sebagaimana Rosulullahpun memilihnya(Ummu Habibah) untuk memuliakannya karena keimanannya. Maka alangkah agung politik Nabi dan alangkah mulia hikmah pernikahan ini.


8.Bunda Juwairiyah binti Al Harits bin Dharar RA

Beliau adalah janda dari Musafih bin Shafwan yang meningggal di perang Bani Mustaliq. Ia termasuk musuh yang paling keras terhadap Islam dan paling banyak memusuhi Rosul. Di tengah-tengah pertempuran itu Juwairiyah termasuk dalam tawanan bersama para kaumnya yang tertawan. Ketika ia datang meminta tolong kepada Nabi dengan memberikan sedikit harta untuk menebus dirinya, Beliau menawarkan pilihan untuk menebus tawanan atau menikahinya. Iapun menerimanya kemudian Rosulpun menihahinya karena ada sebuah kebijakan, agar membuat Umat Muslim menganugrahkan kemerdekaan kepada para wanita yang jadi tahanan.

Imam Bukhari meriwayatkan dalam Shaihihnya dari 'Aisyah RA baerkata: Rosulullah menawan Wanita Bani Mustaliq lalu Ia mengeluarkan seprelimanya dan membagikannya kepada Manusia, tentara berkauda mendapat dua bagian sedangkan yang tidak berkuda mendapat satu bagian. Ternyata, Juwairiyah berada pada bagian Tsabit bin Qais. Maka ia datang ke Rosululllah dan berkata wahai Rosulallah saya adalah Juawairiyah binti al Harits pemimpin kaum kami, aku punya masalah sebagaimna yang kau tahu, akupun telah membuat perjanjian dengan Tsabit yang tertulis pada senbilan kertas, maka tolongl bebaskanlah saya. Belaiau menjawab: bagaina kalu yang lebih baik dari itu? Ia bertanya: Apakah gerangan itu? Beliau menjawab: saya akan tunaikan janjimu dan ku nikahi dirimu. Ia menjawab: baiklah wahai Rasulllah.

Tersebarlah berita ini kepada orang-orang, lalu merekapun berteriak Mertua Rosul ada yang tertawan maka mereka membebaskan tawanan yang ada dibawah tanggungan mereka. Maka ketika Bani Musthaliq melihat kemuliayan, keagungan, keluhuran, dan kesopanan ini merkapun masuk Islam semua, masuk dalam agama Allah dan menjadi Mukmin.

Oleh karena itu Juwairiyah adalah berkah untuk para Wanita Bani Mustaliq, karena berkat pernikahannya dimerdekakanlah 100 keturunan Bani Mustaliq. Dan karena keislamanya seluruh merekapun menjadi masuk islam. Mudah-mudahan Allah meberinya pahala yang sebaik-baiknya.


9.Bunda Shafiyah binti Hay binti Akhtob RA

Hikmah pernikahannya mirip dengan pernikahnNya dengan Bunda Juwairiyah binti Al Harits. Bunda Shafiyah adalah pemuka Bani Quraidzah dan tertawan bersama para tawanan setelah kematian suaminya dalam perang Khaibar lalu berada dalam bagian Umat Muslim.

Ia dihadapkan ke Nabi, kemudian nabi memberinya dua pilihan: Pertama, dibebaskan dan menikah dengan Nabi atau dilepaskan dan kembali ke keluarganya. Iapun memelih untuk dibebaskan dan menjadi istiNya, hal ini karena ia melihat pergaulannya yang baik, keagunganNya. Maka iapun memeluk Islam yang kemudian diikuti oleh banayak oaring dari kaumnya.

10.Bunda Zainab binti Jahsy RA

Rosululllah menikahinya karena ada kebijakan Syari'at yaitu untuk meghapuskan bid'ah dalam adopsi yang dilakukan orang Arab sebelum Islam. Hal itupun menjadi turun temurun dikalangan mereka, seorang lelaki datang kepada mereka kemudian mereka mengadopsinya, sekalipun ia bukan dari kandungan mereka, dan menghukuminya seperti anak kandung, menjadikannya seperti anak kandung sendiri, ia mempunyai hukum seperti hukum anak kandung dalam seluruh hal; dalam warisan, thalaq, nikah, haram menikahi wanita yang disebabkan tali perkawinan, haram menikahi wanita yang disebabkan satu darah, dan lain-lain hingga menjadi ajaran yang mereka ikuti di masa Jahiliyah.

Islam tidaklah membenarkan kebatilan mereka dan tidak bisa meninggalkan mereka terus berkecimpung dalam kegelapan jahiliyah , hal itu dimulai ketika Rosul mengadopsi salah seorang diantara mereka, hal itu tejadi sebelum Beliau diutus menjadi Rosul. Rosul mengadopsi Zaid bin Haritsah sebagaimana kebiasaaan Arab sebelum Islam lalu orang-orangpun memanggillnya Zaid bin Muhammad. Sampai turun Surat Al Ahzab ayat 5, "Panggilah mereka (anak-anak angkat itu) dengan (memakai) nama bapak-bapak mereka." Maka Rosulpun bersabda: "Engkau adalah Zaid bin Syarhabil."

Sang pemuda telah mencapai masa matangnya, maka sang tuan ingin menihkannya dengan perempuan terhormat dikalangan Arab supaya ia(istri) dapat menjadi sandaran dan penopang dalam hidupnya. Nabi sangat menghormati Zaid maka beliau menghadap Zainab binti Jahsy anak bibiNya (Umaimah binti Abdul Muthalib) lalu Beliau malamarkannya untuk budakNya sebagai balasan atas kebenaran imannya. Akan tetapi Abdullah bin Jahsy menolak dan memandangnya rendah bila harus menihkahkan dengan Zaid, hal itupun diikuti oleh Saudarinya Zainab, dengan dalih nasabnya yang mulia dikalangan bangsa Arab.

Akan tetapi tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya Telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Maka tidaklah patut bagi seorang lelaki dan perempuan memilih perkara yang ketentuan Allah yang disampiakan melalui RosulNya (QS. Al Ahzab: 36). Oleh karena itu Abdulllah dan Zainabpun patuh dan tunduk terhadap ketentuan Allah dan RosulnNya. Merekapun senang karena pernikahan itu Allah abadikan dalam kiatab suciNya.

Zaid dan Zainab menjalani bahtera keluarga dengan damai. Mereka merasakan kesejehteraan dan kebahagiaan di dalamnya. Tak beberapa lama kemudian, Allah menunjukkan sebuah kejadian yang menjadi sebuah Syariat, menerangkan ajaran-ajaran agamanya, dan membetulkan kesalahan-kesalahan yang terjadi di kalangan manusia. Allahpun menetapkan agar Zaid menolak Zainab dan memerintahkan Rasulnya untuk menikahinya dengan tujuan agar menghilangkan bid’ah adopsi, menegakkan pon dasi-pondasi Islam dan mendobrak dasar-dasar kejahiliyahaan.

Beliaupun tidak langsung menikahi Zainab karena takut terhadap kedengkian dan gunjingan-gunjingan kasar yang dilancarkan oleh para Munafik, sampai akhirnya datang sebuah peringatan dari Allah kepadaNya, (Al Ahzab: 37). Dengan pernikahan ini berakhirlah hukum adopsi dan tidak berlakulah kebiasan-kebiasan yang telah mereka ikuti pada masa jahiliyah.

Di bawah ini ada beberapa jawaban atas tuduhan orang tak bertanggung jawab :
1. Kisah yang menceritakan bahwa Nabi pernah lewat rumah Zainab sedangkan saat itu Zaid sedang tidak berada di rumah. Cerita ini adalah dari Israiliyyat dan ternyata setelah di check sanad yang adapun lemah karena rawi dalam sanadnya bergururan (Saqitul Asanid) sehingga tidak layak untuk dijadikan hujjah, sebagaimana yang dijelakaskan oleh Ibnul ‘Araby dalam tafsirnya Ahkamul Qur’an.

2. Melihat sejarah, pernikahan Zaid dan Zainab memang terjadi kesenjangan sosial. Hal ini agar dapat memberikan pelajaran bahwa tingginya derajat bukan diukur dari status sosial tetapi dari ketakwaan seseorang. Adapun pernikahan Nabi dengan Zainab juga sebagai ujian padaNya, karena Ia harus menikahi mantan Istri anak adopsiNya. Tapi, dari sinilah terdapat hikmah besar untuk menghapuskan hukum tabanny.

3. Tuduhan para penghasud bahwa nabi mempunyai ketertarikan pada Zainab (penafsiran menyimpang mereka pada surat Al Ahzab ayat 37 )adalah bohong dan salah besar, hal ini terbukti bahwa yang dimaksud dengan ayat itu adalah bahwa yang Allah tampakkan bukanlah kecintaan Nabi pada Zainab tetapi keinginan Beliau untuk melaksanakan perintah Allah dalam melaksanakan pengharaman adopsi. Dan yang dimaksud dengan sesuatu yang Nabi sembunyikan adalah kehawatiran Nabi terhadap tuduhan para Musyrik maka Nabi menunda pernikahanNya sesaat.

Selanjutnya, adakah orang yang rela menyerahkan seorang perempuan yang masih perawan kepada orang lain untuk dinikahinya kemudian ketika ia sudah menjanda ia rela untuk menikahinya. Maka jelaslah sudah tuduhan-tuduhan palsu para Munafik dan kedengkian mereka terhadap Islam.


11.Bunda Maimunah binti Al Harits Al Hilaliyah RA
Ia adalah Istri terakhirNya, hikmah pernikannya sangat mirip dengan pernikahanNya dengan Bunda Zainab binti Khuzaimah, karena ia termasuk wanita yang memberikan dirinya kepada Nabi yang itu adalah kekhususan Nabi, dan tidak diberikan kepada seluruh umat Islam.
Wallahu wa RosuluHu ‘alam.
-o(Zadurfar)o-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Most View Product

Saksi Bisu

Saksi Bisu