Assalamu'alaikum

Labels

Minggu, 29 Agustus 2010

Cerita 3 Menara



Kubah Imam Syafi’i
Imam Syafi’I adalah Muhammad bin Idris As Syafi’i, nasabnya bersambung dengan Nabi Muhammad pada kakekNya yang ketiga Abdu Manaf. Abdu Manaf adalah kakek Imam Syafi’i yang kesembilan, nenek Imam Syafi’I adalah Syifa binti Asad bin Hasyim dan ibunda Ali binThalib, ia adalah Fatimah binti Asad bin Hasyim.
Beliau dilahirkan pada tahun 150 H dan hidup 45 tahun tetapi seperti berabad-abad. Imam Syafi’I datang ke Mesir sekitar tahun 199 H atau 200 H, dan ia memiliki beberapa kelompok pelajaran Fiqh di Masjid Amr bin Ash di sebuah pojok yang dikenal dengan nama pojok Imam Syafi’i. Ia hidup di Mesir sekitar empat atau lima tahun dan meninggal pada tahun 204 H lalu dimakamkan di makam ini. Makam ini dianggap termasuk makam terbesar di Mesir.
Shalahudin memerintahkan untuk membangun sekolah yang layak di samping makam Imam Syafi’i pada tahun 572 H untuk menyebarkan mazhab Imam Syafi’i. Yang tersisa dari bangunan Shalahudin adalah sebuah peti yang megah dari kayu, tutupnya berbentuk pyramid.

Kubah ini dibangun pada masa Raja Al Kamil pada tahun 608 H, dan kubah Imam Syafi’I dianggap termasuk kubah paling indah yang ada di Mesir. Kubah ini terbuat dari kayu yang dilapisi timah, dan dinding-dindingnya dilapisi dengan marmer di dalam. Di atas kubah terdapat Al Usyary ia adalah susunan kecil yang kokoh berupa kubah bulan sabit. Susunan ini digunakan untuk meletakkan air dan biji-bijian untuk burung-burung. Bahkan dikatakan bahwa ia adalah ssebuah lambang atas ilmu Imam Syafi’i karena ia adalah lautan ilmu, sedangkan kubah ibarat kotak, panjang sisinya 15 meter dan tingginya mencapai sekitar 27 meter. Terdapat tiga mihrab (tempat imam di masjid) dari masa Shalahudin dan mihrab keempat dari masa Sulltan Qitbay. Leher kubah tersebut berbentuk bulat, di sana terdapat 16 jendela yang digunakan untuk menerangi kubah dan saluran udara.
Di makam ini terdapat jenazah Ratu Syamsiah istri Shalahudin, Usman bin Shalahudin dan jenazah ibunda Raja Al Kamil. Pada tahun 474 H Raja Nidzham (Raja Baghdad) ingin memindahkan jenazah Imam Syafi’i ke Baghdad untuk dimakamkan dan mengambil berkah darinya. Maka ia mengirim hadiah ke Badr Al Jamaly mentri Khalifah Al Mustansir, maka Badr Al Jamaly mengeluarkan ketetapan persutujuannya. Ketika penduduk Mesir mengetahuinya mereka marah, melakukan unjuk rasa dan ingin merajam Badr Al Jamaly dengan batu, Badr Al Jamalypun menantang para penduduk dan mengumpulkan tentara untuk mengusir mereka tetapi mereka tetap berlindung di sekitar makam Imam Syafi’i selama 40 hari.
Masjid Ar Rifa’i
Masjid ini dinamakan dengan Ar Rifa’I dinisbatkan kepada Syekh Ali bin Syabbak bin Ar Rifa’i dimana beliau dimakamkan di dalam masjid pada tahun 1869 M. Khusyarhanam ibunda Al Khudaiwy Isma’il memerintahkan untuk membangun masjid ini agar ia menjadi makamnya beserta keluarganya.
Ketenaran masjid ini karena adanya makam-makam beberapa orang terkenal di dalamnya. Terdapat makam Raja Fuad dan ibundanya Fariya, makam Sultan Husain Kamil, makam Raja Faruq, dan makam Raja Iran. Pembangunan masjid ini selesai sekitar 40 tahun. Khusyarhanam telah membebankan Insinyur Husain Fahmi untuk membangun masjid ini, dan ia termasuk insinyur yang paling terkenal pada masa ini. Usaha pembangunan masjid ini terus berlangsung sekitar 11 tahun sampai terhenti pada tahun 1880 M kemudian pembangunan dilanjutkan setelah 25 tahun pada masa Abbas Hilmy kedua. Khuransyarhanam mengimpor seluruh bahan-bahan bangunan dari Eropa.
Masjid Ar Rifa’i terkenal dengan kemegahannya. Luas masjid 6500 meter sedangkan bagian yang dikhususkan untuk shalat 1767 meter, sisanya dipergunakan untuk makam-makam. Di sinilah makam Raja Fuad, makamnya dihias dengan susunan marmer, diukir dengan emas dan dindingnya ditutup dengan macam-macam marmer yang berwarna dan ayat-ayat Al Qur’an. Disamping makam Raja Fuad terdapat makam ibundanya Ratu Faryal yang wafat pada tahun 1920 M. Kedua makam ini telah dibangun dan diperindah dengan satu bentuk bangunan Islam. Daun pintunya ditata dengan gigi gajah. Adapun mihrab dipisahkan oleh empat tiang dari kanan dan kiri, dua diantaranya berwarna putih dan dua lagi berwarna hijau kehitam-hitaman. Di tengah masjid dibangun penopang, di sisinya terdapat tiang dari marmer tetapi di sebelah mihrab terdapat mimbar (tempat berkhotbah) besar yang pinggirnya ditata dengan gigi gajah, kayu hitam, dan kayu yang dipagar tinggi.
Masjid dan Madrasah Sultan Hasan
Sultan Hasan dilahirkan pada tahun 735 H, ketika ia dilantik dalam pemerintahan umurnya baru 13 tahun, maka pemerintahan dikendalikan oleh wakilnya karena umurnya yang masih kecil. Ketika ia sudah mencapai dewasa pmerintahan dikembalikan padanya. Ia menetapkan pembangunan masjid ini pada tahun 757 H, dan usaha ini terus berlangsung selama tiga tahun tanpa henti hingga ia terbunuh. Setelahnya dilanjutkan oleh Basyir Al Jamdar, ia membangun masjid ini sekitar tujuh tahun. Masjid ini dianggap termasuk masjid terbesar di Mesir dan dunia. Sebagaimana kita saksikan muka masjid terdapat dua menara, di tengahnya terdapat kubah. Menara pertama tingginya 84 meter dan yang kedua lebih pendek sedikit darinya. Sejarah pembangunannya berasal dari tahun 1070 H. Panjang muka ini sekitar 150 meter dan tingginya sekitar 38 meter. Bagian tengah masjid luasnya sekitar 32X34 meter. Di tengah masjid ini terdapat 4 ruangan besar, yang paling besar adalah ruangan kiblat, dan ini adalah kubah melengkung di atas tempat wudhu yang ditopang oleh 18 tiang bermarmer, di sana tertulis ayat-ayat Al Qur’an. Di ruangan ini terdapat 3 Madrasah untuk pengajaran keempat mazhab, dan di setiap pintunya tertulis pembangunannya atas perintah Sultan As Syahid An Nashir Hasan.
Di setiap madrasah terdapat rumah-rumah untuk para ahli Fiqh dan beberapa asrama untuk para pelajar. Di sini adalah tempat duduk para Muballigh, di sanalah ruangan kiblat. Dikatakan bahwa ruangan utama lebih besar lima hasta dari ruangan sampingnya. Ruangan kiblat ditengahi oleh mihrab. Di samping kanan kiblat terdapat mimbar bermarmer yang tidak ada kembarannya dan dianggap termasuk mimbar bermarmer yang langka. Kubah terletak di belakang dinding mihrab, dan untuk pertama kalinya dengan luasnya 21X21 meter dan tingginya 48 meter. Di sinilah terdapat makam anak Sultan Hasan.
Lembah kelam Cairo, 28 Agustus 2010 M

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Most View Product

Saksi Bisu

Saksi Bisu