Assalamu'alaikum

Labels

Selasa, 12 Oktober 2010

Mari Bershalawat


"Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya". (QS. Al Ahzab [33]: 56).

Bershalawat pada Nabi Muhammad SAW adalah salah satu amalan yang sangat Allah anjurkan, bahkan ibadah ini bukan hanya dilakukan oleh para manusia saja tapi juga para Malaikat dan Dzat-Nya sendiri. Bershalawat dari Allah berarti memberi rahmat, anugrah dan pujiaan-Nya, dari Malaikat berarti memintakan ampunan sedangkan dari seorang Mukmin berarti berdoa supaya diberi rahmat dan penghormatan padanya. Hal ini dapat dilakukan dengan membaca Shalawat Ibrahimiyah –Shalawat yang selalu dibaca pada setiap Tahiyyat Akhir Shalat- atau sekedar dengan perkataan Allahuma shalli ala Muhammad. dan Assalamu'alaika ayyuhan Nabi.



Dari ayat di atas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa Shalawat dilakukan seluruh para Makhluk yang ada di dunia ini baik Malaikat, Manusia serta seluruh yang ada di alam ini termasuk dzat-Nya, namun Taslim hanya disandarkan pada manusia saja. Ada jawaban menarik yang disampaikan DR. Jamal Faruq, MA (Dosen pada Fakultas Dirasat Islamiyah wal Arabiyah Universitas Al Azhar Cairo) berkenaan hal ini. Taslim ternyata memiliki tiga arti. Petama, Penghormatan. Seperti yang terdapat pada Surat Al Ahzab ayat 44, Salam penghormatan kepada mereka (orang-orang Mukmin itu) pada hari mereka menemui-Nya ialah: Salam [Sejahtera dari segala bencana]; dan dia menyediakan pahala yang mulia bagi mereka. Kedua, keselamatan. Sebagaimana yang terdapat dalam Surat Al Waqi'ah ayat 91, Maka keselamatan bagimu karena kamu dari golongan kanan. Ketiga, tunduk dan patuh. Contohnya dalam Surat An Nisa ayat 65, maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka mejadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati terhadap putusan yang yang kamu berikan dan mereka menerima dengan sepenuhnya.

Dari ketiga makna diatas ternyata makna ketigalah yang tidak layak kita sandingkan pada dzat Allah SWT, karena Sang Khaliq (Pencipta) tak patut unuk tunduk pada siapapun. Adapun Malaikat, maka makna kedualah yang tak layak kita sandarkan padanya, karena para malaikat adalah makhluk yang selalu menjalankan titah Tuhannya tanpa memliki sedikitpun kesalahan dan kekurangan.

Membaca Shalawat memang amalan yang dapat dilakukan kapan saja dan dalam keadaan apa saja (baik dalam keadaan suci atau tidak). Namun ada beberapa waktu utama untuk membaca Shalawat. Siang dan malam hari Jum'at, pagi dan sore, masuk dan keluar Masjid, berada di makam Rasul, menjawab azan, berdo'a dan setelahnya, sa'i, hadir dan ingin berpisah dalam suatu perkumpulan, mendengar namaNya disebut, menghatamkan Al Qur'an, mendapat kesulitan dan kesedihan, meyampaikan ilmu pada manusia, memberi nasehat, berkhutbah, melawar wanita, setiap tempat dimana orang-orang berzikir pada Allah SWT.

Shalawat memang memiliki banyak manfaan dan keutamaan. Bahkan banyak hadis yang meerangkan hal ini. Imam Muslim meriwayatkan sebuah hadis dari Rasulullah SAW pernah bersabda: " Siapa saja yang bershalawat padaku satu kali, Allah akan bersahalawat padanya sepuluh kali, sepuluh kesalahanya akan dihapus dan derajatnya akan diagkat sepuluh tingkatan". Selain itu, Beliau menjanjikan syafa'atnya pada hari kiamat bagi siapa saja yang bershalawat padanya sepuluh kali dipagi dan sore hari.

Shalawatpun menjadi satu-satunya amalan yang langsung diterima disisi-Nya tanpa ada pertimbangan diterima atau ditolak. Ia juga termsuk barometer keutamaan seseorang di hari akhir. Sahabat Ibnu Mas'ud pernah berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: " Manusia yang paling utama pada hari kiamat adalah yang paling banyak bershalawat padaku". Imam Tirmidzi meriwayatkan dari Ubay bin Ka'ab bahwa beliau berkata :"Wahai Rasulullah saya akan memperbanyak shalawat padaMu, berapa banyakkah ku bershalawat padaMu?", Ia menjawab: "Terserah kehendakmu, lebih banyak lebih bagus", ia menjawab: "Seperempat !", Ia menjawab: " Terserah kehendakmu, lebih banyak lebih bagus", ia berkata: " Sepertiga !", Ia menjawab: "Terserah kehendakmu, lebih banyak lebih bagus", ia menjawab: "Setengah", Ia menjawab: "Terserah kehendakmu, lebih banyak lebih bagus", ia berkata: " Dua pertiga", Ia menjawab: "Sesuai kehendakmu, lebih banyak lebih bagus", ia berkata: "Wahai Rasulullah kalaubegitu akan ku jadikan seluruh Shalawatku untukMu", Ia bersabda: "Kalau begitu keinginanmu akan dicukupi dan dosa-dosamu akan diampuni".

Para ulama sangat menganjurkan amalan yang satu ini. Tak sedikit diantara mereka yang menjadikannya sebuah wirid (amalan yang terus menerus). Terdapat banyak karangan yang menjelaskan tata cara, keutamaan, dan perselisihan yang terjadi dalam bershalawat. Sebut saja Imam Sakhowi dengan karyanya Fadlus shalah 'ala Nabi, Imam Jazuli dengan kitabnya Dala'il khairat wa manarul anwar fis shalah 'ala Nabi.

Mudah-mudahan sedikit tulisan ini dapat memacu kita untuk terus bershalawat pada Nabi Muhammad SAW serta dapat menjadikan kita dalam barisan orang-orang yang mendapat syafa'at-Nya di hari akhir kelak. Amin Ya Rabbal 'alamin.

Lembah Juang Cairo, Menjelang Dzuhur 05-10-2010 M.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Most View Product

Saksi Bisu

Saksi Bisu